Bisnis.com, JAKARTA – Neta dan Chery Electric Vehicle telah mendapat insentif finansial dari pemerintah dengan memenuhi persyaratan minimum TKDN lebih dari 40%. Pasalnya, kedua pabrikan mobil listrik asal China tersebut hanya membayar Rp 250 miliar.

Terkait hal tersebut, Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menegaskan investasi kendaraan listrik harus berkeadilan dari sisi produksi dan tingkat komponen dalam negeri (TKDN).

Diketahui Cherry dan Neta telah membeli 40% TKDN. Dengan demikian, kedua merek tersebut berhak mendapatkan keringanan Pajak Pertambahan Nilai Negara (PPN DTP) sebesar 10%.

Namun, kedua merek asal China tersebut baru menginvestasikan dana investasi sekitar Rp 250 miliar untuk fasilitas perakitan kendaraan listrik Indonesia. Neta dan Chery juga menggunakan fasilitas perakitan PT Handal Indonesia Motor.

Jika melihat laman “Rencana Penggunaan Produk Rumah Tangga Lebih Luas” (P3DN) Kementerian Perindustrian dan Informatika, produk Chery Omoda E5 mendapat TKDN sebesar 40,50%.

Berikutnya, nilai TKDN produk Neta V-II (termasuk versi Lite dan Smart) mencapai 44%.

“Mereka boleh berinvestasi, tapi harus adil dari segi produksi dan kemudian TKDN,” ujarnya di DPR, Selasa, 6 November 2024.

Sejauh ini Chery baru mengeluarkan dana sekitar Rp 250 miliar untuk merakit mobil listrik, bukan Omoda E5. PT Handal Indonesia Motor juga mendapat investasi untuk memenuhi kebutuhan perakitan mulai dari bodywork hingga pengelasan sehingga memperoleh TKDN sebesar 40%.

Selain itu, kapasitas produksi kendaraan listrik Chery Omoda E5 milik PT Handal Indonesia Motor bisa mencapai 600 unit per bulan atau sekitar 7.200 unit per tahun.

Neta Auto Indonesia pun resmi merakit produk Neta V-II di lokasi pada akhir Mei 2024. Neta masih berencana memboyong Neta ke Indonesia

“Kita lihat nanti karena teknologi saat ini sudah bagus,” jelas Balil.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel