Bisnis.com, JAKARTA – Ketua Komite Keuangan Senator Amerika Serikat (AS) Ron Wyden memutuskan menyelidiki secara mendalam penggunaan produk elektronik yang dilakukan pabrikan mobil asal Jerman, BMW, kepada para salesman di China. Amerika Serikat menuduh Tiongkok melakukan kerja paksa terhadap minoritas Uighur.

Sebelumnya, pada Mei lalu, Wyden mengetahui BMW telah mengirimkan lebih dari 8.000 mobil Mini Cooper ke Amerika Serikat dengan suku cadang dari pemasok China.

Saat ini, produk Tiongkok tidak diizinkan memasuki pasar berdasarkan undang-undang tahun 2021. 

Kongres pada tahun 2021 mengesahkan Undang-Undang Pencegahan Kerja Paksa Uyghur (UFLPA) untuk memperkuat penegakan hukum guna mencegah perdagangan manusia di wilayah Xinjiang, Tiongkok. 

Amerika mengklaim bahwa produksi di sana dilakukan dengan kerja paksa yang dilakukan oleh anggota minoritas Uighur di negara tersebut. Tiongkok juga membantah tuduhan tersebut.

Namun BMW melanggarnya dengan terus menjual produk yang tidak patuh hingga April lalu.

Alhasil, pada Senin (6/10/2024) Weyden mengirimkan surat kepada CEO BMW Amerika Utara Sebastian Mackenzie yang menyatakan bahwa perusahaannya telah menyelesaikan tinjauan rantai pasokan. Hal ini akan menentukan apakah produk lain yang diimpornya mencakup produk dari pemasok Tiongkok, Sichuan Jingweida Technology Group (JWD).

“Apakah BMW yakin saat ini tidak mengimpor mobil yang memiliki suku cadang produksi JWD?” Surat itu berbunyi dan meminta tanggapan paling lambat 21 Juni, dikutip Reuters. 

Namun, BMW Group tidak menanggapi hal ini dan bulan lalu mengambil langkah untuk membatasi pengiriman produk yang terkena dampak.

Selama ini, perusahaan akan mengambil langkah-langkah perubahan produk dengan menerapkan standar dan peraturan ketat mengenai pekerjaan, hak asasi manusia, dan ketenagakerjaan, yang harus dilakukan oleh semua pemasok. (Maria Jessica Elvera Marus)

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel