Bisnis.com, Jakarta — Wakil Presiden WAPRIS Ma’ruf Amin pernah bercanda bahwa pangsa bank sah di Tanah Air masih stagnan karena banyaknya setan. Mengingat pangsa pasar yang stagnan, bagaimana kinerja profitabilitas bank syariah pada triwulan I tahun ini?

Menurut Marouf, pangsa pasar keuangan syariah, termasuk bank syariah, masih kecil yakni 10,9% per Juli 2023. Padahal, mayoritas penduduk negara tersebut beragama Islam sebesar 87%.

“Di bank syariah banyak yang ‘setan’. Makanya market share-nya masih 10 [persen] dan belum meningkat. Karena setannya membuat [nasabah baru] ragu, ‘Oh, bank syariah itu sama dengan bank konvensional,’ ‘ Tidak ada perbedaan.” “Mereka ragu,” ujarnya dalam agenda Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Aspisendo) beberapa waktu lalu (13/5/2024).

Orang kedua di Indonesia sering menyebutkan kurangnya pangsa pasar keuangan negara yang sah. Ma’ruf juga mengatakan pemerintah ingin pangsa pasar keuangan syariah Indonesia mencapai 50%.

Ia juga mendorong berbagai pihak untuk turut serta meningkatkan pangsa pasar keuangan sah di Indonesia.

“Indonesia, sebagai negara demokrasi dengan populasi Muslim terbesar di dunia, tentu saja menjadi penggerak pengembangan ekonomi syariah global, menjadi model realisasi Islam dan kemajuan,” kata Marouf dalam simposium dan peluncuran. Dari Outlook Ekonomi Syariah Indonesia (ISEO) 2024.

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Dian Ediana Ray mengatakan, pangsa pasar perbankan syariah di Indonesia masih kecil. Pangsa aset perbankan syariah di Indonesia hanya 7,27% dari total aset perbankan per Februari 2024.

Pangsa pasar bank syariah di Indonesia juga relatif kecil dibandingkan negara lain, seperti Malaysia. Berdasarkan data Standard & Poor’s Financial Services, pangsa pasar bank syariah di Malaysia sebenarnya mencapai 36,6% pada tahun 2020, jauh melebihi Indonesia.

OJK juga aktif meningkatkan pangsa pasar perbankan syariah di Indonesia. Misalnya, OJK telah menetapkan kebijakan strategis dalam Peta Jalan Pengembangan dan Penguatan Perbankan Syariah 2023-2027 yang memberikan panduan kebijakan bagi industri dan masyarakat.

Dalam roadmap tersebut, OJK mendorong percepatan konsolidasi bank syariah di Indonesia. Pada saat yang sama, merger dilakukan untuk memperbaiki struktur pasar perbankan syariah dengan mendorong kehadiran bank syariah yang lebih besar.

“Ukuran lembaga perantara yang besar itu penting,” kata Dayan dalam wawancara eksklusif dengan Bisnis akhir tahun lalu (22/12/2023). Dengan upaya tersebut, tahun ini dianggap sebagai tahun penyatuan industri perbankan syariah.

Kinerja keuntungan

Dalam kondisi pangsa pasar yang minim, kinerja bank syariah yang menguntungkan menurun, setidaknya pada awal tahun ini.

Berdasarkan statistik perbankan syariah Indonesia yang dirilis OJK, laba bank syariah mencapai Rp 10,86 triliun pada Februari 2024, turun 2,48% year-on-year (y/y) dibandingkan laba periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 11. 13 triliun.

Banyak bank syariah yang masih melaporkan pertumbuhan laba di awal tahun ini atau kuartal I 2024. PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) alias BSI misalnya, membukukan pertumbuhan pendapatan Joy sebesar 17,07% menjadi Rp 1,71 triliun di 1Q24.

Karyawan melayani nasabah di kantor pusat Bank Muamalat, Jakarta, Senin (9/7/2020). Karya / Eusebio Crisnamorti

Direktur Keuangan dan Strategi BSI Ade Cahyo Nugroho mengatakan BSI menyadari perkembangan perekonomian global dan kondisi makroekonomi di Indonesia saat ini memberikan tekanan terhadap perbankan di Indonesia. “BSI tergolong beruntung dan masih bisa tumbuh dengan baik,” ujarnya saat memaparkan kinerja lembaga bulan lalu (30/4/2024).

PT Bank BCA Syariah juga mencatatkan pertumbuhan laba sebesar 24,65% menjadi Rp 42,07 miliar pada kuartal I 2024.

Namun sejumlah bank syariah lain mencatatkan penurunan laba pada awal tahun ini. Keuntungan PT Bank Muamalat Indonesia Tbk. Misalnya saja kegembiraan yang turun 72,7% menjadi Rp 2,78 miliar di 1Q24.

Profitabilitas PT Panin Dubai Syariah Tbk. (PNBS) menjadi Rp 35,51 miliar pada triwulan I 2024, turun 41%.

Laba bank syariah Charul Tanjung, PT Bank Mega Syariah (BMS), juga turun 35,98% menjadi Rp 50,06 miliar pada kuartal I 2024 dibandingkan laba bersih periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 78,2 miliar.

Bank syariah PTbbn tbk. BTPS mencatatkan penurunan laba bersih sebesar 37,83% year-on-year menjadi Rp 264,02 miliar pada kuartal I 2024.

Meski demikian, Direktur BTPN Syariah Fahmi Ahmed mengatakan BTPN Syariah tetap menjaga rasio keuangan. BTPS mencatatkan return on assets (RoA) sebesar 6,3% dan rasio kecukupan modal (CAR) sebesar 47,6%.

“Hal ini menandakan kesehatan bank ke depan akan terus tumbuh,” kata Fahmy dalam keterangan tertulisnya bulan lalu (26/4/2024).

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel