Bisnis.com, Jakarta – Analis tetap optimis terhadap prospek kinerja saham PT Jasa Marga (Persero) Tbk. (JSMR), meski ada kekhawatiran keterlambatan pembayaran akibat penjualan 35% saham PT Jasamarga Transjawa Tol (JTT).

Jasa Marga akan menggelar rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) hari ini, Rabu (18/9/2024) mulai pukul 13.30 WIB. Satu-satunya pembahasan dalam pertemuan tersebut adalah menyetujui prosedur pembiayaan ekuitas di JTT.

Perusahaan pengelola jalan tol pelat merah tersebut diketahui telah menandatangani Perjanjian Jual Beli Saham Bersyarat (CSPA) dengan konsorsium Metro Pacific Tollways Corp (MPTC) dan GIC Pte. Ltd. Terkait penjualan 35% saham JTT pada 28 Juni 2024.

Manajemen JSMR menyatakan, proses pelepasan JTT masih berjalan dan diharapkan selesai pada September 2024. Namun, ada kekhawatiran investor terhadap tanda-tanda tertundanya proses pelepasan tahap kedua.

Richard Geary, Analis BRI Danareksa Sekuritas, mengatakan kekhawatiran tertundanya proses pembayaran investasi JTT terlalu berlebihan.

Ia yakin JSMR mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya meski pembayaran pelepasan JTT tahap kedua tertunda. Sebab, pembayaran pertama yang mencakup 52% ​​dari total transaksi sudah cukup untuk memenuhi kewajiban perusahaan.

“Kami memperkirakan pertumbuhan volume lalu lintas saja akan cukup untuk mengimbangi dampak peningkatan kepentingan minoritas akibat pelepasan JTT,” ujarnya dalam makalah yang diterbitkan pada 6 September 2024.

First Pacific Company Limited selaku induk perusahaan MPTC mengungkapkan dalam keterbukaan informasi, akuisisi 35% saham JTT di Jasa Marga terdiri dari tiga tahap.

Pertama, konsorsium MPTC dan GIC menandatangani CSPA dengan Jasa Marga menyetujui pembelian 6,2 miliar saham JTT atau 28,5% dari total saham. Nilai perjanjian tersebut sebesar US$782 juta atau sekitar Rp 12,82 triliun.

Kedua, konsorsium mengakuisisi 205,45 juta saham atau 0,9% saham milik Koperasi Pekerja Jalin Marga Sijahtera dengan harga US$25,9 juta atau Rp425 miliar. 

Ketiga, konsorsium akan menandatangani Perjanjian Pengambilan Saham Bersyarat (PPSB) seiring dengan langkah JTT yang akan menerbitkan 1,2 miliar saham portofolio senilai US$152,5 juta. 

Dengan demikian, total nilai pelepasan 35% kepemilikan perseroan di JTT kepada konsorsium MPTC dan GIC diperkirakan mencapai US$960,3 juta atau sekitar Rp 15,75 triliun. 

Sementara itu, dalam riset terbarunya, Gehry memperkirakan peningkatan kepemilikan minoritas di JTT tidak akan berdampak negatif terhadap laba JSMR di tahun 2025.

BRI Danareksa merekomendasikan pembelian saham JSMR dengan target harga Rp 6.500 per saham. Keyakinan ini didasarkan pada keyakinan bahwa kekhawatiran terhadap jadwal pembayaran JTT dan meningkatnya kepentingan minoritas dapat diatasi.

Pada awal sesi hari ini, saham JSMR dihargai Rp 5.100 per saham atau mencerminkan kenaikan year-to-date (YTD) sebesar 4,72%. Meski sepanjang tahun masih tumbuh, namun dalam sebulan terakhir harganya melemah 6,42%. 

Analis CGS International Bob Setiadi mengatakan, penurunan harga saham JSMR disebabkan kekhawatiran investor terhadap kenaikan beban bunga perseroan seiring dengan mulai beroperasinya jalan tol baru pada 2024-2025.

Meski demikian, Bob meyakini harga saham JSMR ke depan akan tertopang positif oleh keputusan suku bunga The Fed dan pengumuman keputusan divestasi JTT. CGS memberikan tambahan rekomendasi saham JSMR dengan target harga Rp 6.350 per saham.

“Kami mengkonfirmasi seruan tambahan tersebut karena kami yakin JSMR akan mendapatkan keuntungan dari lingkungan suku bunga rendah dan kami memperkirakan pertumbuhan pendapatan inti sebesar 9% pada FY25,” ujarnya dalam riset. 

 

—————————

 

Penafian: Berita ini tidak dimaksudkan untuk mendorong pembelian atau penjualan saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang diakibatkan oleh keputusan investasi pembaca.

 

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel