Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) secara bertahap akan melepas kepemilikan sahamnya di PT Bank Syariah Indonesia Tbk. atau BSI (BRIS). Direktur Utama dan Direktur BNI Royke Tumelaar menyatakan hingga saat ini pihaknya masih akan memiliki saham BRIS. 

Meski demikian, pihaknya tak menampik akan melepas sebagian saham BRIS secara bertahap berdasarkan kebutuhan modal untuk ekspansi ke berbagai anak usaha.

“Pada dasarnya kami tetap ingin memiliki [saham] BSI, tetapi jika kami membutuhkan modal untuk hal lain, kami pasti akan menjual sebagian [saham] BSI tersebut. “Kita [mungkin] ekspansi ke BNI Life atau BNI Asset Management, nanti sebagian kita akan dialihkan ke tempat itu,” jelasnya usai peluncuran Wonder by BNI, Jumat (5/7/2024).

Sebelumnya, Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga sempat menyebut akan ada penjualan kepemilikan saham BNI dan BRI kepada BSI. 

Senada, Investor Relations Group Head BSI sendiri, Rizky Budinanda, tak memungkiri jika kedua bank yakni BRI dan BNI memang akan menjual saham BSI. 

Rizky mengatakan, proses eliminasi terus berjalan. Ia juga mengatakan perseroan akan mengikuti sepenuhnya instruksi sesuai keputusan pemegang saham.  

Namun, tambahnya, pihaknya juga telah memberikan masukan kepada BNI, BRI, Mandiri, dan kementerian mengenai hal-hal yang perlu dilakukan BSI ke depan untuk meningkatkan nilai aset atau unlock value BSI. 

Saat ini tercatat BNI sendiri memiliki 23,24% dengan 10,72 miliar saham, kemudian BRI menghimpun 7,09 miliar atau 15,38% kepemilikan saham BSI. 

Sedangkan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) terus bertahan. Bank Mandiri juga akan tetap menjadi pemegang saham mayoritas dan pemerintah akan tetap memegang saham biwarna di BSI. 

Sedangkan kepemilikan saham BSI mencapai 51,47% atau 23,74 miliar lembar saham, sedangkan kepemilikan publik atas saham BSI sebesar 9,87% atau 4,54 miliar lembar saham.

Baru-baru ini, Kementerian Badan Usaha dan Bisnis melaporkan bahwa tidak ada investor strategis yang ideal untuk BSI di Timur Tengah. 

Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengatakan opsi BSI saat ini adalah meningkatkan proporsi kepemilikan saham publik atau free float. 

“Karena di Timur Tengah belum ada investor swasta yang ideal. Oleh karena itu, lebih pada peningkatan free flow,” kata Tiko, sapaan akrabnya usai DBS Asian Insights Conference 2024, Selasa (21/5/2024).

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel