Bisnis.com, Jakarta – PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) meraup laba bersih USD 37,28 juta atau Rp 611,26 miliar sepanjang semester I/2024 (kurs Rp 16.394). 

Berdasarkan laporan keuangan semester I/2024 yang dirilis Senin (29/7/2024), pendapatan Vale Indonesia sebesar USD 478,75 juta atau Rp 7,84 triliun. Pendapatan ini turun 27,34% dibandingkan USD 658,96 juta pada akhir Juni 2024.

Di tengah penurunan pendapatan, INCO menurunkan perkiraan pendapatannya menjadi $417,16 juta pada akhir Juni 2024 dari $438,49 juta pada paruh pertama tahun 2023. Dari sana, perusahaan membukukan laba kotor sebesar $61,58 juta.

Vale Indonesia melaporkan laba bersih sebesar USD 37,28 juta pada semester pertama tahun 2024. Capaian tersebut turun 82,05% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 207,80 juta dollar AS. 

Sementara INCO mencatat produksi nikel pada semester I/2024 sebesar 34.774 ton matte, dibandingkan pada I/2023 sebesar 33.691 ton. 

Seiring dengan peningkatan produksi, penjualan nikel matte pun meningkat dari 33.221 ton pada semester I/2023 menjadi 35.680 ton pada akhir Juni 2024.

“Meskipun kondisi pasar tidak menentu, kami berkomitmen untuk mengoptimalkan kapasitas produksi, meningkatkan efisiensi, dan menekan biaya,” kata CEO dan Presiden Direktur Vale Indonesia Febryani Eddy dalam siaran pers, Senin (29/7/2024).

Vale Indonesia akan terus mendorong inisiatif penghematan biaya untuk memastikan daya saing biaya tunai per unit guna menghasilkan margin sehat yang berkelanjutan pada Semester II/2024.

“Dengan perubahan struktur pemegang saham baru-baru ini, kami melihat banyak peluang untuk menerapkan inisiatif strategis yang dapat membawa sinergi positif bagi perusahaan, seperti menggabungkan upaya pembelian dalam grup untuk meningkatkan harga produk, ini adalah salah satu tugas terbesar kami. penggerak biaya,” tulis manajemen Vale Indonesia.

Sementara itu, Vale Indonesia memperkirakan rata-rata harga nikel riil akan naik 12 persen menjadi $14,214 per ton pada kuartal kedua tahun 2024. Harga tersebut meningkat dari USD 12.651 per ton pada kuartal I 2024.

Penafian: Berita ini tidak dimaksudkan untuk mendorong Anda membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas segala kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA channel