Bisnis.com, JAKARTA — PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk. ( TUGU ), atau Tugu Insurance, meredakan kekhawatiran terhadap lesunya industri asuransi dan dana pensiun (dapen) setelah produk domestik bruto (PDB) sektor tersebut menyusut 2,98% year-on-year (y/y) pada Juni 2024.

Tatang Nurhidayat, Direktur Utama Tugu Insurance, mengatakan jika ditelaah lebih detail, asuransi umum termasuk salah satu yang masih terus berkembang. Berdasarkan data Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI), kinerja industri asuransi umum terus tumbuh signifikan. Premi industri asuransi non-jiwa tercatat sebesar Rp32,7 triliun pada kuartal I 2024, meningkat 26,1 persen year-on-year. tahun lalu 2023 sebesar Rp 25,4 triliun,” kata Tatang kepada Bisnis, Selasa (13/08/2024).

Pada periode tersebut, penurunan premi hanya terjadi pada tiga lini usaha non-jiwa, yaitu asuransi satelit sebesar 4,4%, asuransi kecelakaan diri sebesar 9,3%, dan bisnis garansi sebesar 3,8%.

Sedangkan total klaim yang dibayarkan mencapai Rp11,56 triliun, naik 16,9% dari Rp9,89 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

Berdasarkan data tersebut, Tugu Insurance optimistis industri asuransi non-jiwa akan terus tumbuh hingga akhir tahun 2024, kata Tatang.

Ia menjelaskan, beberapa strategi telah dilakukan Tugu Insurance untuk mengatasi kondisi tersebut, termasuk selalu mengelola risiko perusahaan dengan baik.

 

Selain itu, Tugu Insurance juga terus mengoptimalkan bisnisnya di beberapa bidang utama, memasuki bisnis yang tidak terkait dan membangun strategi pemasaran yang efektif dengan mengembangkan berbagai saluran distribusi baru. “Tujuannya untuk memperluas akses pasar dan mengoptimalkan pelayanan,” lanjutnya.

Perusahaan juga terus melakukan diversifikasi produk dengan mengembangkan berbagai produk pesaing agar dapat diterima dan relevan dengan permintaan pasar. 

Tugu Insurance juga konsisten meningkatkan layanan dan digitalisasi proses untuk meningkatkan kepuasan dan loyalitas pelanggan. “Harapannya dengan strategi ini, Tugu Insurance mampu terus berkembang dan menunjukkan indikator terbaiknya,” tegasnya.

Sementara itu, PDB sektor asuransi dan tabungan pada triwulan II tahun 2024 merupakan yang terburuk sejak triwulan II tahun 2019 atau sebelum pandemi Covid-19. Pada triwulan II tahun 2021, PDB asuransi dan dana pensiun mengalami penurunan sebesar 0,09% menjadi Rp 25,75 triliun. Sedangkan turun 1,70% menjadi Rp 25,31 triliun pada triwulan II tahun 2022. 

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA channel