Bisnis.com, JAKARTA – Penggabungan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA) terhadap Holding BUMN Penerbangan dan Pariwisata InJourney diperkirakan akan memberikan beberapa dampak.

Pengawas BUMN Datanesia Institute Herry Gunawan mengatakan masuknya Garuda Indonesia ke InJourney tidak akan menyelesaikan masalah. Pasalnya, ekuitas Garuda masih kurang dari 1,3 miliar dolar atau setara Rp 20,5 miliar dengan asumsi kurs Rp 16.000 pada tahun 2023. 

“Lebih baik Garuda menyelesaikan permasalahan keuangannya terlebih dahulu, daripada malah menjadi kurang berimbang. Situasi ini sangat sulit dikelola oleh perusahaan yang kinerja keuangannya biru,” ujarnya kepada Bisnis, Kamis (18/7/). .2024). 

Pada tahun 2023, InJourney mencatatkan laba bersih sebesar Rp 1,1 triliun atau pengurangan kerugian sebesar Rp 993 miliar pada tahun 2022. Ebitda mencapai Rp 8,8 triliun, meningkat 72% dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 5,1 triliun. 

Selain itu, Herry mengungkapkan, Garuda Indonesia juga sebaiknya tidak bergabung dengan InJourney yang memiliki banyak anak perusahaan dan cenderung tidak fokus. 

Seperti diketahui, InJourney meliputi PT Angkasa Pura I, PT Angkasa Pura II, PT Hotel Indonesia Natour, PT Pengembangan Pariwisata Indonesia, PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, & Ratu Boko, dan PT Sarinah. 

“Tidak ada keraguan bahwa Garuda Indonesia bisa berkembang. Apalagi banyak tanggung jawabnya yang tumpang tindih dengan BUMN lain yang semuanya milik pemerintah,” ujarnya.

Kementerian BUMN sudah memastikan maskapai pelat merah Garuda Indonesia akan merger dengan perusahaan penerbangan dan pariwisata pelat merah, InJourney, dalam waktu dekat. 

Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengatakan pihaknya telah melakukan serangkaian perubahan dalam 5 tahun terakhir. Salah satu caranya adalah dengan membuat hold. 

Sementara itu, langkah terbaru Kementerian BUMN adalah menggabungkan PT Angkasa Pura I (Persero) dan PT Angkasa Pura II (Persero) menjadi PT Angkasa Pura Indonesia atau InJourney Airports. Penggabungan ini akan dilakukan pada Desember 2023. 

“Jadi yang terakhir kita merger adalah AP I dan AP II InJourney dan Garuda [GIAA] juga akan kita alihkan menjadi anak perusahaan InJourney dalam waktu dekat,” kata Kartika dalam Market Outlook 2024, Selasa (16/7/2021). ). 2024).  

Kartika atau akrab disapa Tiko mengatakan masuknya Garuda Indonesia ke InJourney akan menambah daftar perusahaan pelat merah atau BUMN yang tergabung dalam grup atau perusahaan bentukan pemerintah. 

“Kalau dulu BUMNnya sekitar 110-an, sekarang tinggal 40-an dan akan terus kita kurangi agar dalam masa regulasi kita benar-benar bisa mengelola BUMN yang lapisan pendukung investasi dan lapisan pekerja,” tutupnya. 

Penafian: Informasi ini tidak dimaksudkan untuk mendorong Anda membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas segala kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan Channel WA