Bisnis.com, JAKARTA – Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) merespons rencana pemerintah memperkenalkan moda angkutan umum massal LRT Bali.

MTI menyarankan pemerintah untuk mengembangkan transportasi jalan raya sebelum mengembangkan moda transportasi lainnya.

Aditya Dwi Laksana, Ketua Forum Pusat MTI tentang Transportasi Kereta Api dan Antar Kota, mengatakan layanan transportasi umum di wilayah Bali sangat dibutuhkan. Sebab, angkutan umum di wilayah tersebut sangat sedikit. 

Di sisi lain, pertumbuhan dan kepadatan penduduk meningkat pesat. Hal ini juga terkait dengan tren peningkatan kunjungan wisatawan di wilayah Bali. Ia mengatakan trafik pariwisata cukup tinggi mengingat posisi Bali sebagai salah satu destinasi wisata unggulan baik bagi WNI maupun wisatawan mancanegara.

Namun, dia mengatakan pengembangan angkutan umum berbasis jalan raya akan lebih optimal dibandingkan moda kereta api. Pasalnya, budaya masyarakat Bali dalam menggunakan angkutan umum belum terbentuk secara maksimal.

“Angkutan umum berbasis bus seperti bus rapid transit, minibus, dan shuttle bus dikembangkan secara optimal di Bali. “Pemerintah harus lebih fokus mengembangkan moda-moda tersebut,” kata Aditya, Jumat (7/6/2024).

Selain pengembangan angkutan jalan raya, penciptaan budaya penggunaan angkutan umum secara massal juga dapat diimbangi dengan pembatasan sarana angkutan. Aditya menyarankan agar pembatasan tersebut diterapkan di wilayah tertentu sebelum diperluas.

Setelah budaya menggunakan angkutan umum sudah terbentuk, maka perkembangan angkutan umum lainnya seperti LRT atau MRT dapat dikaji secara detail. Ia mengatakan, pengembangan moda transportasi berbasis kereta api membutuhkan waktu yang relatif lama dan biaya investasi yang sangat besar.

Selain itu, pemerintah juga harus mengkaji secara mendalam kebutuhan dasar destinasi wisata masyarakat. Moda transportasi berbasis kereta api ini dapat memenuhi mobilitas masyarakat secara optimal.

“Untuk mencegah kurangnya peminat terhadap moda transportasi ini, lapangan kerja akan rendah, seperti bus Sarbaghita dan Metro Devata,” tutupnya.

Sebelumnya, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) membeberkan perkembangan terkini terkait proyek LRT Bali yang menelan biaya investasi sebesar USD 876 juta atau setara Rp 14,2 triliun. 

Arif Anwar, Direktur Angkutan Jalan dan Kereta Api, Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan, mengatakan studi kelayakan LRT Bali telah selesai. LRT 1A Bali tahap I akan berjarak 6,04 kilometer dari Bandara Gusti Ngurah Rai hingga Sunset Road. 

Ia mengatakan, LRT Bali Fase 1A akan memiliki 5 stasiun pemberhentian. Pembangunan proyek ini akan dilakukan di bawah tanah. 

“Biaya investasinya sekitar 876 juta dolar,” jelas Arif.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA