Bisnis.com, Jakarta – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebut faktor ekonomi menjadi alasan utama penolakan Proyek Strategis Nasional (PSN) berdurasi 15 tahun untuk pipa gas Cirebon-Semarang (Cisem).
Pemerintah kemudian menggagas pembangunan dengan dana APBN karena infrastruktur ini merupakan bagian dari rencana strategis nasional yang diharapkan dapat memberikan dampak dan manfaat yang besar bagi masyarakat.
Pemerintah baru-baru ini meresmikan pengelasan pertama pada proyek Cheribon – Semarang (Batang – Cheribon – Kundang Hor Bagian Timur) Tahap II sepanjang 245 kilometer (km).
Saat merencanakan proyek tersebut, Direktur Perencanaan dan Pembangunan Infrastruktur Migas Kementerian ESDM Lauday Sulaiman menjelaskan berbagai tantangan yang dihadapi.
“Izin Sesim II harus kita urus, yakni melalui tol, kemudian melalui jalan nasional, dan melalui infrastruktur swasta milik Partagas, juga melalui ujung Cerebane,” kata Laude. Wartawan, dikutip Selasa (10/1/2024).
Namun, dia mengapresiasi kerja sama antar Kementerian/Lembaga yang terus berjalan sehingga perizinan bisa dilakukan secara bertahap.
Di sisi lain, terkait pembebasan lahan, Lawood mengatakan proyek Sesame tidak menemui hambatan apa pun. Alhasil, pengerjaan tersebut bisa selesai dalam waktu 17-18 bulan.
“Pelajarannya, kalau kita bangun pipa gas, kita harus pastikan dulu potensi pasarnya. Kenapa? Karena pipa ini naik tinggi, harus mengalir. Dan itu butuh investasi besar ya di hulu. .” – katanya.
Selama 15 tahun terakhir, ia mengamati adanya kendala dari sisi kapasitas pasar, sehingga nilai keekonomian proyek tersebut tidak dapat terealisasi. Alhasil, pemerintah turun tangan dengan menjadikannya PSN.
Ternyata dengan memberikan kepada pemerintah, pemerintah bisa lebih menyetujui berapa hulu yang siap, hilir berapa yang siap dengan kebutuhan saat ini, sehingga koneksi hilirnya siap dibangun, ”ujarnya.
Saat ini, Sesame Project memiliki pasar yang jelas dengan dibukanya Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB) dan Kawasan Industri Kendal sebagai penyerap gas terbesar.
Namun kemudian kebutuhan gas terlihat di wilayah lain seperti pasokan ke Balongan, Silkap, dan Popak Kojang.
Sementara proyek Sesim sebelumnya terhenti karena proyek konstruksinya kemudian dikerjakan oleh swasta, PT Bakrie & Brothers Tbk. Dan PT Rekayasa Industri belum menemukan permintaan pastinya.
“Permintaan spesifik itu penggeraknya. Kalau bisnisnya agak sulit, makanya diperluas ke tingkat negara. Kenapa? Negara bisa mengaturnya, harusnya karena mudah agar pasar siap, kalau pemerintah melakukannya. Ditunjuk, kami siap, “- katanya
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel