Bisnis.com, Jakarta — Inflasi Indonesia akan mencapai 2,12 persen secara tahunan (y/y) pada Agustus 2024. Angka ini sedikit lebih rendah dibandingkan angka inflasi bulan Juli yang sebesar 2,13 persen per tahun.
Secara bulanan, Indonesia mencatat penurunan sebesar 0,03 persen pada Agustus 2024, kata Poji Smartney, Wakil Presiden Bidang Distribusi dan Jasa BPS. CPI mengalami penurunan dari 106,09 pada Juli 2024 menjadi 106,06 pada Agustus 2024.
Inflasi tahunan masing-masing sebesar 2,12 persen dan 0,87 persen per tahun kalender, kata Puji dalam siaran persnya, Senin (2/9/2024).
Kelompok pengeluaran yang mengalami penurunan inflasi bulanan terbesar adalah kelompok makanan jadi, minuman, dan tembakau yang mengalami penurunan sebesar 0,52 persen.
Sementara komoditas penyumbang inflasi antara lain sektor pendidikan sebesar 0,04 persen.
Sebelumnya, konsensus para ekonom Bloomberg memperkirakan inflasi Indonesia akan terus menurun pada Agustus 2024 dan mencapai level terendah pada tahun ini.
Angka rata-rata atau median dari 27 ekonom yang tergabung dalam konsensus Bloomberg memperkirakan inflasi sebesar 2,11 persen (secara tahunan) atau lebih rendah pada Juli 2024 yaitu sebesar 2,13 persen.
Perkiraan utama yang diberikan oleh Gareth Lesser dari Capital Economics Ltd adalah inflasi akan mencapai 2,4% atau lebih tinggi dari bulan sebelumnya pada Agustus 2024.
Sementara itu, Sin Beng Ong dari JP Morgan Chase Bank NA sebenarnya melihat inflasi yang rendah di Indonesia bulan lalu sebesar 1,9% (tahunan).
Perkiraan rata-rata untuk 18 negara berdasarkan bulan ke bulan atau bulan ke bulan (MTM) adalah 0%. Perkiraan inflasi terendah adalah -0,1% pada Agustus 2024 dan perkiraan inflasi tertinggi adalah 0,3%.
Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk. (BNLI) Joshua Pardede mengamini inflasi akan terus berada pada level terendah tahun ini. Indeks Harga Konsumen (IHK) diperkirakan mengalami inflasi sebesar 0,02% (MtM), sedangkan inflasi secara tahunan diperkirakan sebesar 2,13%.
Joshua, Senin (2/9/2024), mengatakan anjloknya inflasi pada Agustus berdampak pada harga berbagai komoditas pangan, terutama daging bawang, daging ayam, telur, dan cabai merah.
Lihat berita dan artikel lainnya di Google Berita dan The Watch Channel