Bisnis.com, JAKARTA – Tubuh manusia membutuhkan protein untuk menutrisi dan menjaga sel, organ, dan jaringan dalam keadaan stabil. Namun konsumsi protein yang berlebihan berdampak buruk bagi tubuh.

Menurut pharmaeasy.in, menurut National Academy of Sciences in Engineering and Medicine, asupan protein harian yang direkomendasikan adalah 50 gram hingga 175 gram.

Rekomendasi nutrisi didasarkan pada tiga faktor: usia, berat badan, dan tingkat aktivitas. Di bawah ini adalah rekomendasi asupan protein yang ideal.

1. Usia: Kelompok umur yang berbeda memerlukan jumlah protein yang berbeda. Anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan dan wanita hamil atau menyusui membutuhkan lebih banyak protein dibandingkan orang dewasa.

2. Berat badan: Orang yang mengalami obesitas membutuhkan lebih banyak protein untuk kebutuhan tubuhnya.

3. Tingkat aktivitas: Orang yang banyak berolahraga membutuhkan lebih banyak protein untuk membantu ototnya pulih dan berfungsi lebih baik. Bahaya terlalu banyak mengonsumsi protein 1. Meningkatkan risiko batu ginjal

Jika Anda perlu buang air kecil secara teratur, salah satu penyebabnya adalah konsumsi protein yang berlebihan.

Ginjal hanya dapat memproses protein dalam satu waktu, sehingga mengonsumsi terlalu banyak dapat menyebabkan ginjal lebih sering buang air kecil.

Sebuah studi Nutrisi tahun 2020 menemukan bahwa orang yang mengonsumsi pola makan nabati dan protein susu rendah lemak memiliki risiko lebih rendah terkena batu ginjal dibandingkan mereka yang mengonsumsi makanan tinggi protein.

Penderita gagal ginjal akibat konsumsi protein berlebihan mungkin mengalami fenomena ini akibat peningkatan asam urat dari makanan kaya protein hewani.

Menurut studi tahun 2019 di Nephrologia, peningkatan produksi asam dari waktu ke waktu dapat menyebabkan masalah kesehatan baru pada tulang dan hati. 2. Memicu depresi

Orang yang mengonsumsi terlalu banyak protein dapat mengalami depresi, suatu kondisi yang dapat terjadi akibat pengaruh protein dalam menentukan perubahan suasana hati.

Sebuah studi tahun 2018 oleh Lifestyle Genomics menemukan bahwa pola makan tinggi protein dan rendah lemak meningkatkan risiko depresi. 3. Sembelit

Orang yang mengonsumsi makanan tinggi protein sering kali memiliki kandungan serat yang rendah, yang dapat berdampak buruk pada sistem pencernaan dan menyebabkan sembelit lebih cepat.

Jika tidak ingin mengalami kondisi tersebut, Anda bisa mencoba menyeimbangkan asupan serat dengan pola makan tinggi protein.

Anda bisa mencoba menyeimbangkan asupan makanan dengan menambahkan sayur, buah, dan kacang-kacangan ke dalam menu sehat setiap hari. 4. Menambah berat badan

Orang yang mengonsumsi makanan tinggi protein lebih mudah menurunkan berat badan, tetapi hasil jangka panjangnya adalah berat badan mereka bertambah lebih cepat.

Kenaikan berat badan yang dialami mungkin disebabkan karena orang yang menjalani diet tinggi protein sering kali mengonsumsi terlalu sedikit karbohidrat sehingga menyebabkan nafsu makan berlebihan karena tubuh tidak memiliki cukup energi. 5. Meningkatkan risiko kanker

Seringnya konsumsi makanan kaya protein, seperti daging merah dan daging olahan, meningkatkan risiko terkena kanker.

Orang yang mengonsumsi makanan tinggi protein memiliki kemungkinan lebih kecil terkena kanker payudara, kanker usus besar, dan kanker prostat. 6. Penyakit jantung

Orang yang cenderung mengonsumsi makanan kaya protein, seperti daging merah dan produk susu berlemak, memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit jantung.

Penyakit jantung akibat konsumsi protein berlebihan bisa disebabkan oleh tingginya kandungan lemak jenuh dan kolesterol pada makanan tersebut. (Nur Afifah Azahra Auliya)

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA