Bisnis.com, KUALA LUMPUR – UOB Group menargetkan untuk menciptakan pasar perbankan ritel terbesar di Tiongkok dan Asia Tenggara (Asean) pada tahun 2026, karena kuatnya hubungan kedua negara.

Chief Financial Officer UOB Group Lee Wai Fai mengatakan kedua sektor ini akan sangat bermanfaat bagi pinjaman usaha dan lembaga keuangan dalam jangka panjang.

Menurutnya, layanan perbankan ritel UOB akan merevolusi perdagangan dan perbankan dengan memanfaatkan tingkat produk.

“Fokus kami adalah kredit yang berkualitas di tengah ketidakpastian perekonomian,” ujarnya pada UOB Corporate Day 2024 di Kuala Lumpur, Rabu (14/8/2024).

Pada tahun 2026, arus perdagangan ASEAN akan meningkat menjadi US$4,6 triliun, katanya. Dengan arus perdagangan yang begitu besar, sudah sepatutnya UOB Group memanfaatkannya untuk menjalankan bisnis perbankannya, ujarnya.

Menurutnya, UOB akan berkembang menjadi layanan perbankan grosir yang ditujukan untuk perusahaan dan lembaga keuangan di bidang perdagangan, keuangan, dan perbankan, dengan aliran hubungan yang kuat antara Asean dan Tiongkok.

Pada tahun 2026, sekitar 20% pinjaman bank inti UOB akan berasal dari Asean-4, yaitu Malaysia, Indonesia, Thailand, dan Vietnam. Targetnya pertumbuhan hanya 14% dari tahun 2023 untuk pasar Malaysia, Indonesia, dan Vietnam, ujarnya.

Selain itu, 25% dari total pendapatan penjualan UOB Group akan berasal dari Malaysia, Indonesia, Thailand, dan Vietnam pada tahun 2026. Target tersebut hanya meningkat 21% dari tahun 2023.

Namun, Lee mengatakan UOB Group akan menghadapi tantangan yang tidak kecil. Selain itu, biaya menjalankan bisnis di Malaysia, Indonesia, dan Thailand lebih tinggi karena persyaratan peraturan setempat.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel