Bisnis.com, JAKARTA – Komite Eksekutif VI DPR RI meminta peninjauan kembali kebijakan investasi pada perusahaan asuransi milik negara (BUMN) seperti Asabri, Jiwasraya, Taspen, dan Dana Pensiun BUMN.
Wakil Ketua Komisi VI DPR RI Aria Bima mengatakan ada celah regulasi sehingga kasus skandal dana pensiun Jiwasraya, Asabri, Taspen dan BUMN yang mengancam hari tua pekerja, ASN, serta TNI dan Polri . permukaan.
“Peraturan hukum apa yang berlaku untuk investasi ini? Apa yang harus ditanamkan dan di mana? Apakah harus di sekuritas atau di sektor riil?” kata Aria dalam rapat dengar pendapat dengan manajemen Taspen baru-baru ini (24/6/2024).
Ia mengatakan, kajian terhadap regulasi penanaman modal penting untuk melihat kesenjangan antara realitas penanaman modal dengan bayangan undang-undang yang diberikan. Menurut Aria, kesenjangan regulasi dan penegakan hukum yang ada saat ini memiliki celah yang pada akhirnya masuk ke ranah pidana korupsi.
“Di BUMN ini, saat ini kami banyak berinvestasi di surat berharga. Dan kalau nilainya turun, itu juga dianggap kerugian operasional biasa,” ujarnya.
Padahal, jika dipelajari, Anda akan melihat strategi investasi apa yang menyebabkan kerugian bisnis atau celah apa saja yang ada di dalamnya. “[Permainan investasi seperti] perdagangan riil tidak mungkin dan juga melanggar hukum [tetapi dana tetap diinvestasikan],” ujarnya.
Politisi senior PDI Perjuangan ini mengatakan, investasi palsu terus terjadi di BUMN. Aria mengungkapkan, praktik tersebut terlihat di Panja Jiwasraya yang banyak kliennya adalah purnawirawan BUMN, Asabri yang menangani purnawirawan TNI, Polri, dan pejabat di lingkungan Kementerian Pertahanan. Dan kini terulang kembali pada kasus Taspen yang bertugas di Pensiunan Aparatur Sipil Negara (ASN).
“Strateginya seperti Taspen membeli MTN yang lebih tinggi dari nilai pasarnya,” ujarnya.
Menurutnya, investasi bodong ini rapi dan tersembunyi serta tersembunyi dari regulator. Oleh karena itu, sulit dideteksi selama bertahun-tahun.
Aria juga menyinggung ancaman pemenuhan kewajiban di dana pensiun BUMN. Dia mengatakan, berdasarkan informasi yang diterima, 22 dari 48 dana pensiun BUMN tidak memiliki dana yang cukup untuk membayar hak pensiunan, yakni rasio dana (RKD) kurang dari 100%.
Selain itu, tujuh dana pensiun BUMN telah diaudit BPKP karena hasil investasinya dipertanyakan di bawah 4%.
Katanya, berdasarkan informasi Kementerian BUMN sebesar Rp. 12 triliun – Rp.
Plt Direktur Utama PT Taspen (Persero) Rony Hanityo Aprianto mengatakan payung hukum penanaman modal sampai saat ini dikelola oleh Menteri Keuangan. Payung hukumnya terus diperbarui berdasarkan PMK 66 dan 52 tahun 2021. “Terus diperbarui,” kata Rony.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel