Bisnis.com, JAKARTA – Distributor Sinar Mass Group, PT Dian Swaistika Sentosa Tbk. (DSSA) berupaya menjual saham PT Smartfren Telecom Tbk. (FREN) Rp 562,15 miliar kepada PT Bali Media Telekomunikasi. 

Penjualan tersebut merupakan transaksi anak perusahaan karena DSSA dan Bali Media Telecommunications dimiliki secara langsung atau tidak langsung oleh Frankie Osman Wijaja.

“Saham yang dimiliki FREN dengan nilai transaksi penjualan saham sebesar Rp 562.155.455.000 merupakan subjek transaksi penjualan saham,” tulis DSSA dalam keterbukaan informasi, Minggu (17/11/2024). 

Berdasarkan data pasar, pada 15 November 2024, sebanyak 22.486.218.200 lembar saham FREN diperdagangkan dengan harga Rp 25 per saham. Synermas Securitas membantu pelaksanaan transaksi di pasar negosiasi. 

Manajemen DSSA menjelaskan, selama beberapa tahun terakhir, perseroan telah mempersiapkan rencana strategis untuk melakukan transisi ke bisnis energi baru dan terbarukan serta mengembangkan ekosistem digital. 

Rencana tersebut mengharuskan manajemen mengambil sejumlah tindakan, termasuk restrukturisasi internal, pemanfaatan aset, dan reorganisasi portofolio investasi perseroan.

Melalui penjualan saham tersebut, perseroan berharap dapat fokus pada pengembangan bisnis dan pengelolaan portofolio investasi secara sistematis, kata manajemen.

Selain penjualan saham FREN, perseroan menandatangani perjanjian pinjaman dengan Bali Media Communications (BMT). DSSA disebut memberikan pinjaman kepada PBB sebesar US$525 juta atau sekitar 8,3 triliun. 

Di sisi lain, kinerja keuangan FREN semakin memburuk hingga kuartal III 2024. Pada periode tersebut, perseroan mencatatkan kerugian periode berjalan terkait pemegang unit asli sebesar Rp 1 triliun. Kerugian ini lebih tinggi dibandingkan Rp575,08 miliar pada periode yang sama tahun lalu. 

Merujuk pada laporan keuangan FREN, kerugian tersebut disebabkan oleh penurunan pendapatan seiring dengan peningkatan beban usaha. FREN melaporkan angka pendapatan bisnis sebesar Rp 8,54 triliun, naik 1% year-on-year (year-on-year).

Sejalan dengan itu, beban usaha FREN meningkat menjadi Rp8,70 triliun pada kuartal III 2024, meningkat 4,78% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Hal ini menyebabkan kerugian usaha atau laba kotor FREN mencapai minus Rp164,10 miliar dari sebelumnya laba Rp319,18 miliar.

________________

 

Penafian: Berita ini tidak dimaksudkan untuk mendorong pembelian atau penjualan saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas segala kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA