Bisnis.com, Jakarta — Restocking menjadi langkah penting yang harus diperhatikan seluruh pelaku usaha guna menjamin kelancaran rantai pasok dan meningkatkan kepuasan pelanggan, terutama menjelang Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) di penghujung tahun 2024. 

Ketika persediaan mencapai batas minimum, maka harus segera dilakukan restocking untuk menghindari kekurangan stok yang dapat berdampak buruk pada bisnis. 

Sebuah studi yang dilakukan oleh Harvard Business Review menemukan bahwa bisnis dapat kehilangan hampir setengah dari perkiraan penjualan mereka ketika pelanggan mengalami situasi kehabisan stok.

Tujuan utama dari restocking adalah untuk memastikan produk selalu tersedia, menghindari kekurangan stok, mengoptimalkan rantai pasokan, meningkatkan penjualan dan mengurangi biaya penyimpanan.  Di bawah ini adalah panduan terkini mengenai lima metode penarikan kembali yang sederhana dan efektif: 1. Sistem registrasi reguler

Metode pemulihan inventaris ini sangat cocok untuk usaha kecil yang baru memulai. Anda dapat menggunakan buku catatan atau spreadsheet sederhana untuk membuat catatan

Panduan barang masuk dan keluar. Masukkan jumlah dan tanggal transaksi secara detail. Pencatatan rutin memberikan gambaran akurat tentang stok yang tersedia. 2. Metode FIFO (masuk pertama, keluar pertama)

Prioritaskan menggunakan barang yang laku terlebih dahulu. Cara ini sangat berguna untuk produk yang memiliki umur simpan tertentu, sehingga kualitas barang tetap terjaga. 3. Penentuan titik potong

Teknik ini menentukan jumlah minimum saham yang harus tersedia sebelum pemesanan ulang dapat dilakukan. Hal ini penting untuk menghindari kehabisan stok secara tiba-tiba dan menghindari gangguan pada proses produksi atau penjualan. Agar suatu usaha tidak mengalami dead stock, maka persediaan harus diisi kembali dengan cepat dan akurat.  4. Penggunaan barcode atau RFID

Pengelolaan inventaris menjadi lebih mudah dengan alat pemindai barcode atau RFID. Teknologi ini memungkinkan pencatatan keluar masuk barang dari gudang secara cepat dan akurat. 

Selain itu, penggunaan barcode atau RFID dapat mengurangi human error dalam inventarisasi sehingga informasi yang diperoleh lebih akurat dan real-time. 5. Analisis ABC

Metode ini mengelompokkan produk berdasarkan nilai keuntungan yang dihasilkan, yang bertujuan untuk lebih memfokuskan perhatian pada pengelolaan persediaan produk yang bernilai strategis, dengan tetap menjaga efisiensi pengelolaan produk lainnya. Metode-metode ini terbagi dalam tiga kategori:

● A (Tinggi): Produk dengan penjualan atau keuntungan tinggi.

● B (Media): Produk dengan penjualan atau keuntungan

Sedang

● C (Rendah): Produk dengan penjualan atau keuntungan rendah.

Dengan cara efektif tersebut, diharapkan pengecer dapat menjaga ketersediaan stok dan lebih memenuhi permintaan pasar menjelang hari raya nasional.

Penerapan yang tepat dari strategi pengisian inventaris ini dapat membantu memastikan operasional bisnis berjalan lancar, yang dapat memengaruhi penjualan produk Anda.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel