Business.com, Jakarta – Sharif Yunus, CEO Asosiasi Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK), mengungkapkan saat ini saham menguasai 70-80% portofolio investasi Dana Pensiun DPLK. Masalahnya adalah suku bunga berdampak pada laba atas investasi pada instrumen tersebut
Bank Indonesia (BE) memangkas suku bunga acuan menjadi 6%. Sementara itu, suku bunga juga diturunkan menjadi 5,25% dan suku bunga pinjaman menjadi 6,7%.
Meski begitu, Sharif menegaskan, peserta dana pensiun tidak perlu khawatir manfaatnya akan berkurang nilainya.
“Suku bunga deposito turun, DPLK jangka panjang. Kita nikmati kenaikan suku bunga, kalau turun jangan panik santai saja, yang penting lama kelamaan akan hilang. Naik lagi.” Saat dilihat pada Kamis (19/9/2024) di Hotel Borobudur, Jakarta
Sharif menjelaskan, pendidikan para pelaku DPLK kini harus digalakkan bagi peserta dana pensiun. Sebab, instrumen investasi dana pensiun dipilih oleh pemegang saham dana pensiun itu sendiri.
“Ketika diketahui, misalnya, suku bunga sekarang turun, mungkin sekarang ada kebutuhan untuk berinvestasi [selain cadangan]. Karena DPLK tidak bisa berinvestasi tanpa instruksi dari peserta. Jadi pendidikan adalah jalan keluarnya. alasan utama.” ujar Syarif.
Sharif menyarankan agar peserta dana pensiun yang berusia di bawah 35 tahun dapat memilih sarana investasi yang lebih maju yang dapat mendistribusikan keuntungan dalam jangka panjang.
Sementara itu, peserta dana pensiun yang tergabung dalam DPLK jika terjadi penurunan suku bunga, dapat memilih instrumen investasi pada instrumen pendapatan tetap seperti SBN atau obligasi.
“Tapi sebenarnya kalau suku bunga rendah, saya kira [beli deposito] juga tidak masalah. Karena kalau naik, DPLK akan merasakan uangnya. Secara umum, soal main saham. Ibaratnya, kalau turun, Orang mau beli, orang tinggalkan, DPLK itu kira-kira begitu, kata Sharif.
Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel