Bisnis.com, Jakarta – Microsoft, perusahaan teknologi asal Amerika Serikat, mencurigai keterlibatan tim siber Rusia, China, dan Iran dalam mempengaruhi opini publik terhadap kandidat yang maju dalam pemilu AS.

Ketiga negara tersebut telah meningkatkan serangan siber terhadap masing-masing kandidat karena kemungkinan serangan akan meningkat sekitar tanggal 5 November 2024. Serangan itu dilakukan menggunakan kecerdasan buatan (AI) yang menghasilkan deepfake.

Saat Tiongkok menargetkan Partai Republik, Rusia dilaporkan menyerang potret Wakil Presiden Kamala Harris. 

Pusat Analisis Ancaman Microsoft (MTAC) menulis bahwa aktivitas pengaruh asing yang menargetkan pemilu AS sedang meningkat. 

General Manager MTAC Clint Watts mengatakan sejarah menunjukkan bagaimana kemampuan aktor asing dalam menyebarkan konten palsu dengan cepat dapat berdampak signifikan terhadap persepsi publik dan hasil pemilu. Jadi para pemilih, lembaga pemerintah, kandidat, dan partai harus berhati-hati dalam melakukan aktivitas online.

“Pada titik ini hampir dapat dipastikan bahwa para aktor ini akan meningkatkan operasinya,” kata Watts seperti dikutip TechSpot, Jumat (25/10/2024). 

Sementara itu, Iran juga dikabarkan telah melakukan beberapa operasi terhadap berbagai sasaran di AS, khususnya tim kampanye Trump. Iran meminta warga Amerika untuk memboikot pemilu tersebut karena para kandidat mendukung Israel dan adanya upaya protes anti-Israel di beberapa universitas.

Rusia, yang tidak asing dengan tuduhan mencoba mempengaruhi pemilu AS, menargetkan kampanye Harris-Wallace. Agen-agennya terus membuat video palsu tentang wakil presiden tersebut, salah satunya menunjukkan dia melontarkan komentar yang meremehkan Trump. Yang lain menuduhnya melakukan perburuan ilegal di Zambia, dan video lainnya menyebarkan informasi yang salah tentang Tim Walls. Dalam waktu 24 jam setelah mengunggah video Wallsin, video tersebut ditonton lebih dari 5 juta kali di X.

Aktivisme Tiongkok berfokus pada kandidat Partai Republik dan anggota Kongres yang mendukung kebijakan anti-Tiongkok.

Mengingat betapa canggihnya teknologi saat ini, penggunaan AI generatif dalam kampanye disinformasi sangatlah mengkhawatirkan.

 MTAC memperingatkan pada bulan September 2023 bahwa Tiongkok menggunakan AI untuk memengaruhi pemilih AS dengan konten yang berfokus pada isu-isu yang memecah belah secara politik, termasuk kekerasan senjata dan penghinaan terhadap tokoh dan simbol politik AS (di bawah).

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel