Bisnis.com, Jakarta – Jika Federal Reserve System (Fed) terus menaikkan suku bunga acuan, maka perusahaan rintisan atau start-up dikatakan “takut”. Pasalnya, keputusan bank sentral tersebut berdampak sangat signifikan terhadap investasi di sektor digital, termasuk startup, di Indonesia.
Nailul Huda, Direktur Ekonomi Digital dan Ekonomi Pusat Penelitian Ekonomi dan Hukum (Chelios), mengatakan hanya 15-20% investasi di sektor ekonomi digital berasal dari dalam negeri, sedangkan sisanya berasal dari luar negeri. Di antara investor asing, Amerika Serikat (AS), China, dan Singapura mendominasi.
Artinya, dampak suku bunga bank sentral terhadap investasi di sektor digital sangat penting, jelas Huda. “Pendanaan untuk startup digital pasti akan melambat seiring dengan naiknya suku bunga The Fed,” kata Huda kepada Bisnis, Selasa (9/10/2024).
Pasalnya, jelasnya, investor akan lebih memilih berinvestasi pada obligasi AS yang lebih aman dibandingkan startup digital yang lebih berisiko.
Oleh karena itu, lanjut Huda, pendanaan sektor digital Indonesia turun tajam dari Rp140 triliun pada tahun 2021 menjadi Rp25 triliun pada tahun 2023.
“Ketika bank sentral menaikkan suku bunganya, investasi di sektor digital kita langsung ambruk,” ujarnya.
Namun, situasinya berbeda jika bank sentral memangkas suku bunga. Huda juga meyakini investasi di ekonomi digital akan meningkat. “Namun di satu sisi, kami justru mendorong investor lokal untuk lebih aktif sehingga porsinya terhadap total investasi meningkat,” jelasnya. Dampak langsung terhadap startup
Asosiasi Modal Ventura Indonesia (Amvesinto) yang dihubungi terpisah melihat adanya sinyal bahwa pembiayaan start-up di Indonesia akan membaik pada akhir tahun 2024.
Meski demikian, CEO Amvesindo Eddie Danusaputro tidak memungkiri bahwa suku bunga dasar mempengaruhi pendanaan startup.
“Khususnya bagi investor asing yang tertarik dengan startup Indonesia,” kata Eddy kepada Bisnis.
Dalam hal pemberian pendanaan kepada investor, Eddy menjelaskan, sebagian besar investor lokal biasanya bermain di tahap awal dan pertumbuhan, sedangkan investor asing bermain di tahap akhir.
Mengutip laporan tengah tahunan Tracxn Geo bertajuk Indonesia Tech, ekosistem startup teknologi Indonesia mengumpulkan pendanaan sebesar US$191 juta pada paruh pertama tahun 2024, turun 64% dari paruh pertama tahun 2023.
Jika ditilik lebih jauh, Indonesia merupakan negara dengan pendanaan terbanyak ke-29 pada Semester I/2024. Menariknya, Jakarta, Yogyakarta dan Bandung memimpin dalam hal total dana yang dihimpun dalam enam bulan pertama tahun ini.
Pada saat yang sama, dua negara pemberi dana terbesar adalah Amerika Serikat (AS), disusul Inggris Raya.
Laporan tersebut menunjukkan bahwa startup tahap awal mengumpulkan pendanaan sebesar $26 juta pada paruh pertama tahun 2024, turun 27% dari paruh pertama tahun 2023.
Kemudian, startup tahap awal bernilai $113 juta pada Semester I/2024, turun 24% year-on-year (y-o-y) dari Semester I/2023. Sementara itu, keterlambatan mulai mencapai $52,2 juta, turun 85% dari semester pertama tahun 2023.
Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel