Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang melemah 3,4% pada perdagangan hari ini rupanya disebabkan oleh beberapa faktor.

Tim Analis Phintraco Sekuritas mengidentifikasi beberapa faktor yang menjadi penyebab melemahnya IHSG pada perdagangan hari ini, Panic Selling menjadi salah satunya.

Pertama, panik jual dipicu kekhawatiran resesi ekonomi Amerika Serikat (AS) setelah tingkat pengangguran naik menjadi 4,3% pada Juli 2024.

Kedua, keputusan Bank of Japan (BoJ) menaikkan suku bunga acuannya menjadi 0,25% memicu aksi jual saham Jepang pada Jumat (08/02/2024) dan Senin (05/08/2024). .

Menurut Tim Analis Phintraco, kenaikan suku bunga dasar menyebabkan penguatan yen yang signifikan. Kondisi ini merugikan sebagian besar emiten di Jepang yang berorientasi ekspor atau perdagangan, dan investor yang selama ini mendapat manfaat dari stabilitas kebijakan moneter BoJ sebagai bagian dari strategi investasi mereka.

Ketiga, adanya kekhawatiran mengenai eskalasi konflik geopolitik di Timur Tengah yang dapat berujung pada perang skala penuh.

Kondisi tersebut menimbulkan kepanikan di pasar modal Indonesia, terbukti dengan melemahnya IHSG yang mencapai 4,2% pada Sesi II pada Senin (05/08/2024).

Faktanya, data terkini perekonomian dalam negeri relatif stabil, dengan pertumbuhan ekonomi saat ini sebesar 5,05% per tahun pada tahun 2024, lebih tinggi dari ekspektasi sebesar 5% per tahun.

Selain itu, eskalasi konflik yang terjadi selama ini justru menyebabkan harga batu bara naik yang relatif menguntungkan Indonesia. Selama harga minyak masih di kisaran $80/barel, tidak ada dampak negatif langsung terhadap Indonesia.

Seperti diketahui, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hari ini terperosok ke zona merah, Senin (8 Mei 2024).

IHSG melemah 3,40% menjadi 7059.653 hingga pukul 18.53 WIB berdasarkan data perdagangan RTI. Pada sesi pembukaan, IHSG sempat menyentuh level terendah 6.998,811.

Pada pembukaan perdagangan hari ini, tercatat 62 saham menguat, 592 saham melemah, dan 134 saham stagnan. Kapitalisasi pasarnya tercatat sebesar Rp 11.998,869 triliun.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel