Bisnis.com, Jakarta – Ketua Dewan Pakar Partai Amanat Nasional (PAN) Dradjad H. Wibowo menilai perkiraan Dana Moneter Internasional (IMF) terhadap stagnasi pertumbuhan ekonomi Indonesia di bawah pemerintahan Presiden terpilih Prabowo saat itu Subianto akan sangat salah. .

Darajd sendiri merupakan salah satu anggota tim yang menyusun visi dan misi ekonomi pasangan Prabowo-Jabran. Ia merupakan anggota Dewan Pakar Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Jibran.

Ekonom senior meyakini pertumbuhan ekonomi masa depan di bawah pemerintahan Prabowo bisa mencapai 6-7% seperti yang dijanjikan dalam kampanye. Ia yakin IMF akan menarik perkiraannya yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan stagnan di angka 5,1 persen antara tahun 2024 dan 2029.

“Mereka [IMF] sering salah. Dalam setahun, mereka bisa beberapa kali mengubah prediksinya,” kata Darajad kepada Bessens, Kamis (8/8/2024).

Ia tak menampik adanya perlambatan ekonomi global seperti yang diutarakan IMF. Namun, lanjutnya, tim ahli Prabowo sudah memperkirakan hal tersebut ketika target pertumbuhan ekonomi dipatok sebesar 6-7 persen.

Ia mengatakan kepada Indef Economist bahwa setidaknya ada tiga strategi utama yang sedang dikembangkan untuk menghadapi tantangan perlambatan ekonomi. Pertama, stimulus Keynesian APBN.

“Hal ini antara lain dilakukan melalui program-program yang dirasakan langsung oleh masyarakat sekaligus menjaga konsumsi dalam negeri. “Juga mendanai program pro bisnis seperti kebijakan pengadaan pemerintah, program pro ekspor, dan lain-lain,” kata Darajad.

Kedua, pemerintahan Prabowo ingin menciptakan ekosistem agar konsumsi dalam negeri, khususnya belanja kelas menengah, bisa stabil bahkan tumbuh. Hal serupa juga terjadi pada stimulus Keynesian.

Namun, dia menjelaskan diperlukan kombinasi yang tepat dari seluruh elemen kebijakan fiskal dan moneter. Ia menegaskan, pembangunan ekonomi kita bergantung pada konsumsi.

Ketiga, deregulasi dengan menghapus berbagai peraturan kementerian/lembaga yang kontraproduktif terhadap lingkungan dunia usaha dan investasi. Namun Dradjad tidak memberikan contoh aturan yang dimaksud.

Sebagai informasi, Laporan Negara IMF No. 204/270, organisasi pelindung sistem keuangan internasional memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tetap sebesar 5,1% pada tahun 2024 hingga 2029, alias periode pertama pemerintahan Prabowo-Jabran.

Secara keseluruhan, IMF memperkirakan bahwa kerangka kebijakan keuangan, fiskal dan moneter Indonesia telah memberikan dasar bagi stabilitas makro dan manfaat sosial. Pemerintah dinilai berhasil mengeluarkan kebijakan yang memfasilitasi pemulihan dari guncangan global yang terus berlanjut sejak tahun 2020 dan seterusnya.

IMF mengatakan inflasi akan tetap terkendali. Ekspor sektor riil akan tumbuh lebih lambat, namun impor akan pulih sejalan dengan dinamika permintaan domestik.

Namun IMF juga memperingatkan bahwa ke depannya akan banyak tantangan eksternal yang dihadapi Indonesia agar pertumbuhan ekonominya tetap berada di angka 5,1% pada tahun-tahun mendatang.

“Instabilitas harga komoditas, melambatnya pertumbuhan ekonomi mitra dagang utama Indonesia, atau dampak suku bunga politik yang tinggi dan berjangka panjang di negara maju merupakan risiko eksternal yang perlu mendapat perhatian,” ujarnya dalam laporan IMF

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel