Bisnis.com, JAKARTA – PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) menyatakan siap mengikuti 3 lelang serentak yang rencananya digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) pada kuartal I 2025.
Frekuensi yang akan dibeli antara 700 MHz, 2600 MHz (2,6 GHz) dan 26 GHz.
Kementerian Komunikasi dan Informatika menunda lelang yang semula digelar tahun ini ke tahun depan karena beberapa faktor. Salah satunya adalah permintaan perusahaan seluler yang ingin melakukan konsolidasi lelang untuk menghemat uang perusahaan.
Head of Internet Telkomsel Indra Mardiatna mengatakan perseroan selalu terlibat dalam beberapa lelang yang diadakan Kementerian Komunikasi dan Informatika, termasuk lelang 3 frekuensi sekaligus.
“Kami selalu siap dengan rencana pemerintah dalam hal ini melelang spektrum 700 MHz, 2,6 GHz, atau 26 GHz. Kami siap,” kata Indra Jakarta, Kamis (12/9/2024).
Indra mengatakan bagi operator seluler ketersediaan spektrum frekuensi sangat penting karena berkaitan dengan layanan. Spektrum sebagai sumber daya yang terbatas merupakan bagian penting dalam penyediaan layanan yang baik dan efisien.
“Dengan 700 MHz kita bisa memiliki penetrasi jaringan yang lebih baik. Mereka juga bisa membantu menganalisis frekuensi tambahan, yang dibicarakan pemerintah sebagai cara yang menggembirakan. Kami berharap juga demikian,” kata Indra.
Indra berharap lelang reguler ini dapat dilihat manfaatnya secara maksimal bagi industri dan Indonesia.
Terkait beban yang ditanggung operator seluler jika lelang dilakukan serentak, Indra mengatakan pihaknya masih mempelajari dan melakukan perhitungan.
Tentu saja lebih baik, baik secara bertahap atau sekaligus, kita hitung dengan angka yang cermat, kata Indra.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Pelayanan Pos dan Informatika (SDPPI) Kementerian Komunikasi dan Informatika Ismail mengatakan Kementerian Komunikasi dan Informatika kini siap menggelar lelang frekuensi 700 MHz dan 26 GHz pada tahun ini. . . Namun, staf mengirimkan surat yang meminta agar kedua spektrum tersebut dijual bersamaan dengan 2,6 GHz.
Berdasarkan angka operator seluler, lanjut Ismail, dengan tiga frekuensi yang digunakan secara bersamaan (700 MHz, 2600 MHz, dan 26 GHz), maka nilai keekonomiannya akan lebih baik.
“Sesuai jadwal, 2,6 GHz (2600 MHz) akan selesai akhir tahun, sehingga bisa kita lelang pada awal tahun 2025. Harapan kita pada paruh pertama tahun 2025. Lelangnya akan menggabungkan 700 MHz, 2,6 GHz dan 26 GHz”, kata Ismail Jakarta, Kamis (12/9/2024).
Sekadar informasi, di frekuensi 700 MHz saat ini terdapat pita frekuensi 112 MHz, dimana 90 MHz akan dilelang untuk seluler. Frekuensi 700 MHz termasuk dalam low band yang artinya mempunyai jangkauan yang luas.
Sedangkan 2,6 GHz digunakan oleh satelit siaran dan akan berakhir pada akhir tahun 2024. Terdapat bandwidth 150 MHz di wilayah 2520-2670 MHz yang dapat digunakan untuk seluler. 2,6 GHz termasuk dalam kelompok “frekuensi pita menengah” dengan keunggulan memberikan cakupan yang luas dan kapasitas yang besar.
Terakhir, pita frekuensi 26 GHz mempunyai ciri khas mampu menerima daya lebih besar. Frekuensi yang dapat digunakan pada kelompok ini adalah di atas 1000 MHz.
Ismail menambahkan, dalam lelang tersebut pemerintah akan menawarkan insentif yang saat ini sedang diselesaikan bersama Kementerian Keuangan dan operator seluler.
Berdasarkan penilaian pengguna ponsel, kata Ismail, lelang ketiga spektrum tersebut lebih baik dikonsolidasikan dalam satu waktu dibandingkan dilakukan secara bertahap atau diadakan setiap tahun.
“Kalau sebelumnya 700 MHz, tahun depan menjadi 2,6 GHz, maka pendapatan mereka akan musnah jika dilakukan secara terpisah,” kata Ismail.
Terkait harga, Kementerian Komunikasi dan Informatika akan melakukan perhitungan sesuai angka harga. Setelah itu, sebuah rencana akan diperkenalkan untuk memudahkan pekerja melakukan beberapa pembayaran.
“Rencananya bukan menurunkan harga tapi menawarkan rencana yang bisa memberikan insentif agar biaya tenaga kerja tidak tinggi di awal. Bisa dicicil dan jangka waktu pembayaran dll bisa disesuaikan sehingga arus kas bisa dihemat untuk keperluan konstruksi. Jadi kami tidak berharap dapat uangnya, tapi progresnya lambat, kata Ismail.
Lihat berita dan artikel lainnya di Google Berita dan saluran WA