Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Orifin Tasrif menjelaskan alasan penurunan target produksi minyak dalam Proyek Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2025.
Sementara itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menurunkan target produksi minyak pada RAPBN 2025 menjadi 600.000 barel per hari (bopd), lebih rendah dibandingkan target produksi pada APBN 2024 yang mencapai 635.000 barel per hari.
Arifin menjelaskan, penurunan rencana produksi minyak tersebut disebabkan karena banyaknya ladang minyak yang mengalami penurunan produksi secara signifikan.
Namun, ia berharap dengan upaya peningkatan produksi minyak seperti yang diproduksi di blok Cepu, akan terjadi peningkatan produksi minyak.
Nah, sekarang sudah mulai kita upayakan pemulihan, kemarin ada penambahan di Cepu. Kita harapkan sebelum akhir tahun bisa kita dapatkan, kata Orifin saat ditemui di Gedung Parlemen Senayan, Jumat (16/1). 8/2024).
Terkait target produksi minyak sebesar 1 juta barel pada tahun 2030, Orifin mengatakan pihaknya masih optimis target tersebut akan tercapai. Selain itu, Blok Rokan memiliki potensi migas yang berasal dari sumur eksplorasi migas nonkonvensional.
Insya Allah [target 1 juta barel akan terealisasi], ujarnya.
Sebelumnya, SKK Migas mengungkapkan kinerja akuisisi migas pada semester I 2024 masih di bawah target.
Hingga semester I 2024, SKK Migas mencatat realisasi produksi minyak hanya mencapai 576.000 barel per hari (bph), atau 635.000 bph di bawah target APBN.
Direktur Utama SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan target produksi minyak pada semester 1/2024 tidak tercapai akibat permasalahan banjir yang terjadi di beberapa wilayah.
“Produksi minyak sampai semester satu, karena semester pertama kita terkendala banjir dimana-mana, sehingga pengeboran tidak bisa dilakukan lebih dari sebulan, sehingga ada beberapa kali penundaan operasi pengeboran,” kata Dwi dari Hulu Minyak dan Konferensi pers kinerja gas semester I/2024, Jumat (19/7/2024).
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan Channel WA