Bisnis.com, JAKARTA – Kebocoran data menjadi salah satu permasalahan yang dihadapi masyarakat global di era kemajuan teknologi saat ini. 

Penyebab banyaknya kebocoran data adalah karena kurangnya kehati-hatian dalam membagikan data pribadi. Seperti tidak sengaja membagikan informasi pribadi, nama lengkap, NIK KTP, nomor rekening bank kepada pihak yang tidak berkepentingan atau bahkan pihak yang tidak sah

Menurut Data Indonesia, mengutip laporan Surfshark, terdapat 422,61 juta akun yang terkena kebocoran data di seluruh dunia pada kuartal ketiga tahun 2024. Jumlah ini meningkat sebesar 1,022,2% year-on-year (vs periode yang sama tahun lalu/YoY) adalah 37,66 juta akun.

Di antara delapan negara dengan pelanggaran data terbanyak, Indonesia tidak termasuk dalam daftar negara yang paling lalai dalam melindungi data pribadi.

Pelanggaran data terbanyak terjadi di Amerika Serikat pada Q3 2024, mencapai 93,74 juta akun. Jumlah tersebut meningkat 1.003,9% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (YoY). Pada kuartal III tahun 2023, jumlah akun yang mengalami pembobolan data di Negeri Paman Sam sebanyak 8,49 juta.

Prancis berada di posisi kedua dengan 17,16 juta akun secara nasional mengalami pelanggaran data pada kuartal ketiga tahun 2024. Jumlah akun yang mengalami pelanggaran data di Prancis meningkat 952,2% year-on-year (YoY) yaitu 1,63 juta akun.

Rusia berada di urutan berikutnya karena 16,53 juta akun mengalami pelanggaran data pada kuartal ketiga tahun 2024 atau meningkat 66% year-on-year (YoY). Lalu, karena ada 14,61 juta akun yang datanya bocor di Jerman, meningkat 6.043,9% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Ada pula Jepang yang mengalami 9,74 juta pelanggaran data pada kuartal ketiga tahun 2024. Kasus pelanggaran data di Negeri Sakura meningkat 49.526,4% year-on-year (YoY). Pada Q3 tahun 2023, hanya 19.624 akun yang mengalami pelanggaran data.

Negara dengan jumlah kebocoran data tertinggi adalah Inggris dengan 8,33 juta akun, meningkat 1.962,4% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (YoY). Jumlah akun yang bocor di Tiongkok mencapai 7,92 juta, meningkat sebesar 430,9% dibandingkan tahun lalu (YoY).

Sementara itu, Italia menduduki peringkat kedelapan dalam daftar ini dengan jumlah akun yang mengalami pelanggaran data sebanyak 7,82 juta pada kuartal ketiga tahun 2024. Jumlah ini meningkat 5.762,3% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (YoY) sebanyak 133.331 akun.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google Berita dan Saluran WA