Bisnis.com, JAKARTA – Produsen mobil asal Jepang PT Suzuki Indomobil Sales (SIS) merumuskan strategi untuk mendongkrak penjualan di tengah lesunya pasar mobil sepanjang tahun ini.

General Manager Divisi Perencanaan Strategis Suzuki, Yoshi Prasetya mengatakan, salah satu penyebab utama lambatnya penjualan karena menurunnya daya beli masyarakat. Selanjutnya produk Suzuki menyasar segmen menengah ke bawah.

Kalau untuk penurunan pasar, kami masih terus menganalisa, karena Suzuki menyasar segmen menengah ke bawah, dari situ kami melihat ada penurunan daya beli, kata Yoshi kepada Bisnis saat ditemui, Rabu (16/10/2024).

Mengutip data Gaikindo, penjualan grosir Suzuki pada September 2024 sebanyak 5.183 unit, turun 20,3% year-on-year (y/y) dibandingkan September 2023 sebanyak 6.502 unit.

Sementara penjualan eceran atau dari diler Suzuki ke konsumen juga turun 19,3% menjadi 5.119 unit pada September 2024 dibandingkan bulan yang sama tahun 2023 sebanyak 6.342 unit.

Setelah itu, salah satu strategi Suzuki untuk meningkatkan penjualan adalah dengan memperkuat segmen pikap andalan, Suzuki Carri Pick Up yang dibanderol Rp 169,9 juta hingga Rp 177,9 juta.

Joshi mengatakan, penjualan Carri Pick Up sebenarnya mengalami tren peningkatan sejak pandemi Covid-19, seiring banyaknya pekerja yang terkena PHK di kota-kota besar kemudian kembali ke kampung halaman untuk memulai usaha.

“Yang menarik, saat pandemi Covid-19 misalnya, banyak terjadi PHK di sekitar Jabodetabek. Kemudian banyak masyarakat yang kembali ke tanah kelahirannya, mendapat pesangon, dan kemudian mulai mengembangkan kewirausahaan di desanya, khususnya di bidang pertanian,” jelasnya.

Menurutnya, fenomena tersebut justru menyebabkan permintaan Suzuki Carry semakin meningkat seiring banyaknya masyarakat yang membutuhkan kendaraan niaga untuk mengangkut hasil panen.

Untuk itu, Suzuki terus memperkuat segmen kendaraan niaga dengan menyasar pasar kelas menengah, serta meningkatkan kualitas, daya tahan, dan biaya kepemilikan Carri Pick Up.

Tak hanya kendaraan niaga, Suzuki juga akan menggerakkan segmen elektrifikasi. Sejauh ini perseroan memiliki lini mobil hibrida (Hybrid Electric Vehicles/HEVs) seperti Suzuki XL-7 Hybrid dan Suzuki Ertiga Hybrid.

Oleh karena itu, Suzuki berharap pemerintahan baru yang dipimpin oleh presiden dan wakil presiden terpilih, Prabowo Subianto dan Jibran Rakabuming Raka, akan mengeluarkan kebijakan yang dapat mendongkrak sektor otomotif, termasuk insentif bagi mobil hybrid.

Ia mengatakan, Suzuki sudah lama berinvestasi di Indonesia, sejak tahun 1970. Selain itu, Suzuki juga memiliki banyak dealer atau pemasok komponen yang bergantung pada aktivitas produksi perusahaan, sehingga dengan adanya insentif tentunya mampu mendongkrak produksi mobil. aktivitas.

“Bagus juga, selain bicara PPnBM, kalau kita bisa mengeksplorasi konten lokal harus ada insentif, atau kalau kita tingkatkan ekspor, ada baiknya diberikan insentif,” tutupnya.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google Berita dan saluran VA