Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) memproyeksikan perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 5,1% pada akhir tahun ini seiring dengan dimulainya penurunan suku bunga atau BI Rate dari 6,25% menjadi 6%.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan hingga saat ini tingkat pertumbuhan rekening bank berkisar antara 4,7% hingga 5,5% dengan nilai rata-rata 5,1%.
“Untuk tahun ini kami kira bisa mencapai 5,1%,” ujarnya dalam jumpa pers, Rabu (18/9/2024).
Angka ini sangat mendekati target pemerintah sebesar 5,2%. Namun pada tahun berjalan atau year-to-date (YtD) pada triwulan II 2024, pertumbuhan ekonomi berada di angka 5,08%.
Dengan rendahnya suku bunga kebijakan moneter dan stimulus moneter dari pemerintah, Perry yakin perekonomian bisa naik di atas rata-rata.
Menurutnya, pertumbuhan perekonomian Indonesia harus ditingkatkan agar tetap baik, salah satunya dengan menurunkan suku bunga.
Di sisi lain, bukti bahwa perekonomian dapat tumbuh sesuai tujuan terlihat dari investasi yang terus tumbuh, khususnya investasi konstruksi termasuk tahap akhir pekerjaan dan penyelesaian Pekerjaan Ibu Kota Negara Republik Indonesia (IKN). berbagai skema perencanaan nasional (PSN).
Sementara itu, konsumsi perumahan terus tumbuh, terutama di kalangan kelas menengah. Kemudian pelepasan migas yang baik sehingga berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi.
Belanja pemerintah yang diperkirakan meningkat pada akhir tahun diharapkan dapat mendukung permintaan domestik.
Berbagai indikator saat ini, termasuk hasil survei Bank Indonesia, menunjukkan kinerja perekonomian yang baik pada triwulan III tahun 2024, dibuktikan dengan tingginya kepercayaan konsumen, penjualan eceran yang baik, serta peningkatan penjualan bahan baku dan semen.
Ke depan, berbagai upaya perlu dilakukan untuk merangsang pertumbuhan, baik dari sisi permintaan maupun penawaran.
Oleh karena itu, Bank Indonesia terus memperkuat bauran kebijakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, seiring dengan kebijakan stimulus moneter pemerintah.
Di sisi penawaran, kebijakan regulasi harus terus diperkuat untuk meningkatkan produktivitas dan memperkuat proses pembangunan ekonomi, termasuk sektor-sektor ekonomi yang dapat menyerap tenaga kerja dan memperoleh nilai tambah yang tinggi.
Ke depan, Bank Indonesia akan melihat alasan penurunan suku bunga kebijakan berdasarkan ekspektasi inflasi yang rendah, nilai tukar rupiah yang stabil dan mampu menguat, serta pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi.
Namun, Perry menolak untuk mengungkapkan lebih banyak tentang waktu dan jumlah pencapaian yang akan datang.
Simak berita dan artikel di Google News dan WA Channel