Bisnis.com, JAKARTA – CEO SpaceX Elon Musk mengatakan layanan internet Starlink akan menyasar pusat kesehatan dan bidang pendidikan. Pasar yang dibidik satelit Satria-1 juga menjadi milik Badan Akses Komunikasi dan Informasi (Bakti).

Elon Musk mengatakan berkat kehadiran internet di pusat kesehatan dan pendidikan, akses informasi menjadi semakin terbuka.

“[Starlink] untuk kesehatan, dan menurut saya bisa juga diadaptasi untuk pendidikan,” kata Elon Musk, Minggu (19 Mei 2024). 

FYI, kehadiran Starlink di pusat kesehatan dan pendidikan setempat menimbulkan pertanyaan mengenai peran satelit Satria-1. 

Bakti mengungkapkan, dari 50.000 fasilitas yang diperuntukkan untuk layanan Satria-1, sebagian besar berada di sektor pendidikan dan kesehatan. Satelit seharga Rp8 triliun itu akan memberikan kecepatan internet sekitar 3-20 Mbps per titik. 

Dari segi kecepatan, layanan yang diberikan Satria-1 tertinggal jauh dari Starlink yang menawarkan kecepatan Internet 250 Mbps – 300 Mbps per titik. Namun untuk mengakses layanan tersebut, lembaga pendidikan dan kesehatan perlu mengeluarkan biaya sekitar Rp7,8 juta untuk perangkat dan Rp750.000 untuk berlangganan bulanan. 

Harga dapat berubah sewaktu-waktu tergantung jenis layanan dan kebijakan SpaceX. 

Sementara itu, Direktur Pusat Kajian Kebijakan dan Regulasi Telekomunikasi Institut Teknologi Bandung (ITB) Ian Yosef M. Edward mengatakan kehadiran Starlink tidak akan mempengaruhi satelit Satria-1. 

Satelit tetap menarik bagi sektor pendidikan dan kesehatan, karena layanannya gratis.

“Pelanggan tidak perlu beralih ke Starlink karena harganya masih mahal. Untuk puskesmas dan lainnya masih ada layanan alternatif Satria gratis,” kata Ian kepada Bisnis, Senin (20 Mei 2024).

Namun, lanjut Ian, meski saat ini layanan hardware Starlink sedang downgrade, belum tentu komunitas retail beralih ke Starlink. Karena harga layanannya masih sangat tinggi.

Ian mengatakan, harga termurah yang ditawarkan Starlink masih lebih tinggi dibandingkan ISP atau ISP (Internet Service Provider) lainnya. Dimana pengguna ponsel atau mobile tetap mendapatkan layanan seluler yang lebih murah dari Starlink.

Menurutnya, harga dan layanan Starlink mungkin masih bisa dipertimbangkan untuk ruang kantor.

“Untuk perkantoran, pelayanan dan harga [Starlink] masih bisa diterima. Baru diuji coba saat beban penuh dan jam sibuk,” ujarnya.

Perlu diketahui, setelah mengumumkan layanannya di Indonesia, Starlink memberikan harga khusus kepada pelanggan awal berupa diskon perlengkapan Starlink yaitu Rp 4,68 juta dibandingkan sebelumnya Rp 7,8 juta. Penawaran berakhir pada 10 Juni.

Berdasarkan informasi yang diberikan pada Senin (20/05/2024) di situs resmi Starlink, “Bergabung dengan Starlink, penawaran untuk pelanggan pertama – berakhir 10 Juni, perlengkapan Rp 4,68 juta.”

Starlink menawarkan tiga jenis paket internet, yaitu darat (rumah), roaming (perjalanan) dan kapan saja (air).

Untuk paket perumahan, harga standar layanan Starlink adalah Rp 750.000 per bulan tanpa batasan. Tersedia juga paket browsing internet berkecepatan tinggi dengan harga Rp990.000 per bulan (panggilan seluler lokal) dan Rp4,34 juta per bulan (prioritas seluler 50GB).

Selain itu, Starlink juga tersedia internet bawah air berkecepatan tinggi mulai dari Rp 4,34 juta per bulan dengan biaya perlengkapan Rp 43,73 juta. Dengan paket layanan tersebut, Starlink diklaim memberikan kecepatan unduh 40-220+ Mbps, kecepatan unggah 8-25+ Mbps, dan latensi kurang dari 99Ms.

Temukan berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel