Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Keuangan Shri Mulyani Indravati memberi isyarat tidak ada penundaan penerapan tarif PPN 12% pada tahun 2025 di hadapan Komisi ke-11 DPRK.
Shri Mulyani mengatakan, sebenarnya ketentuan kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 1% – dari 11% menjadi 12% – tertuang dalam Pasal 7 ayat (1) UU. 7/2021 Harmonisasi Fiskal (HPP).
DPR menyetujui dan ikut serta dalam pengesahan ketentuan yang ditandatangani pada 29 Oktober 2021 itu.
“Jadi di sini kita sudah berdiskusi dengan bapak ibu dan sudah ada undang-undangnya, harus kita siapkan untuk diterapkan, tapi dengan penjelasan yang baik kita juga bisa [implementasi],” ujarnya. Rapat kerja dengan komisi ke-11 DPRK pada Rabu (13/11/2024).
Bendahara Negara pun menegaskan, pihaknya tidak akan memungut PPN secara “buta”. Terkait kenaikan PPN, kebutuhan untuk menyehatkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tidak sedikit.
Sebab, saat ini APBN harus menjalankan berbagai fungsi, termasuk sebagai shock absorber dalam merespons kondisi gejolak perekonomian global dan krisis keuangan.
Oleh karena itu, pihaknya akan memberikan penjelasan kepada masyarakat dan memastikan kenaikan PPN hingga 12% tidak terjadi pada seluruh barang dan jasa.
“Saya setuju, kita perlu banyak memberikan penjelasan kepada masyarakat, yaitu dalam mengambil kebijakan apa pun yang berkaitan dengan perpajakan, termasuk PPN, kita tidak boleh sembarangan atau tidak mendapat persetujuan atau perhatian, misalnya untuk sektor kesehatan, bahkan sembako,” jelasnya.
Sebelumnya, pemerintah menaikkan tarif PPN dari 10% menjadi 11% pada tahun 2022. Sementara itu, berdasarkan keyakinan tersebut, pemerintah memutuskan untuk mengubah tarif PPN ini menjadi minimal 5 persen dan maksimal 15 persen.
Setidaknya ada satu jenis Barang Kena Pajak dan enam jenis Jasa Kena Pajak tertentu yang dibebaskan PPN 12% pada tahun depan.
Mulai dari kebutuhan pokok hingga berbagai layanan seperti pendidikan kesehatan.
Sedangkan barang berupa makanan yang disediakan di hotel, restoran, istal dan sejenisnya termasuk dalam barang tidak dikenakan PPN. Pelayanan keagamaan, pelayanan seni hiburan dan hotel juga dibebaskan dari PPN.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA channel