Bisnis.com, JAKARTA – Sejak adanya deklarasi Covid-19, banyak perusahaan yang masih berjuang untuk bangkit kembali, termasuk sektor penerbangan.

Pada awal tahun 2024, kapasitas maskapai penerbangan belum pulih sepenuhnya untuk menyamai kapasitas sebelum pandemi pada tahun 2019. Hal ini disebabkan oleh berbagai alasan, termasuk perbedaan undang-undang kunjungan wisatawan di masing-masing negara.

Namun Indonesia mengalami perkembangan yang pesat dibandingkan negara-negara Asia lainnya, salah satunya terbantu oleh penerbangan domestik. Berdasarkan hasil survei OAG, 31% peningkatan kapasitas lalu lintas udara di Indonesia adalah penerbangan domestik.

Enam negara teratas di kawasan berdasarkan kapasitas kursi adalah Indonesia, Thailand, Vietnam, Filipina, Malaysia, dan Singapura, yang menyumbang 37,3 juta kursi atau 97% dari total pasokan.

Secara individual, Indonesia memiliki 11,93 juta kursi, Thailand 6,94 juta kursi, Vietnam 5,17 juta kursi, Filipina 5,13 juta kursi, Malaysia 4,76 juta kursi, Singapura 3,32 juta kursi, dan 1,0 juta kursi yang terbagi di antara negara-negara lain di kawasan.

Sayangnya, belum ada satupun dari pasar-pasar tersebut yang pulih ke kondisi sebelum adanya Covid, meskipun Filipina hanya melampaui 1%, diikuti oleh Singapura (-4%), Vietnam (-7%), Indonesia (-17%), Malaysia (- 22%) dan Thailand (-23%).

Sekitar 50% kapasitas di kawasan ini berada di Indonesia dan Thailand, dimana kapasitas harian meningkat sebesar 23% dan 16% dari bulan sebelumnya.

Sementara itu, 10 besar maskapai penerbangan satu kursi mencakup tiga maskapai penerbangan Indonesia, masing-masing dua dari Malaysia dan Vietnam, serta masing-masing satu dari Thailand, Filipina, dan Singapura.

Sepuluh maskapai penerbangan ini memiliki kapasitas 51%, sementara Lion Air memimpin dengan 3,4 juta kursi.

Di belakangnya ada AirAsia (2,5 juta), Vietjet (2,0 juta), Vietnam Airlines (2,0 juta), Cebu Pacific (1,9 juta), Thai AirAsia (1,7 juta), Batik Air (1,7 juta), Singapore Airlines (1,6 juta). ), Super Air Jet (1,5 juta) dan Citilink (1,4 juta). Gambar dibalik penerbangan Lion Air

Di belakang kursi Lion Air yang laris manis adalah dua bersaudara, Rusdi Kirana dan Kusnan Kirana, yang mendirikan perusahaan tersebut.

Kakak beradik ini mendirikan Lion Air pada tahun 1999 sebelum diluncurkan pada tahun 2000. Perusahaan ini kini menjadi maskapai penerbangan swasta terbesar di Indonesia, dengan 226 penerbangan setiap hari ke 36 destinasi.

Rusdi Kirana merupakan salah satu pendiri Lion Air dan menjabat sebagai CEO hingga tahun 2014. Ia terus berperan dalam kepemimpinan strategis jangka panjang Lion Group, termasuk Lion Air.

Sejak 2017, ia ditunjuk sebagai Duta Besar Indonesia untuk Malaysia. Rusdi juga pernah menjadi anggota Penasehat Presiden Presiden Joko Widodo dan wakil presiden Partai Kebangkitan Bangsa.

Saat ini, Kusnan Kirana merupakan pendiri Lion Air yang menjabat sebagai CEO sejak tahun 2019. Ia telah bekerja di industri perjalanan sejak tahun 1981 dan ikut mendirikan Lion Air pada tahun 1999. .

Kusnan lulus dari Sekolah Menengah Teknik (Sekolah Teknik) 1 DKI pada tahun 1978. Di Lion Air, ia bertugas memberikan nasihat strategis kepada perusahaan dan menjadi komisaris dan direktur di perusahaan Lion Air lainnya.

Keduanya kini bersiap mencatatkan PT Lion Mentari Airlines di pasar saham Indonesia melalui penawaran umum perdana atau IPO.

Menurut Forbes, hingga tahun 2019, keduanya masuk dalam daftar 50 orang terkaya di Indonesia dengan kekayaan 835 juta dollar atau sekitar 11,80 triliun.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan Channel WA