Bisnis.com, Jakarta – Sony Walkman merupakan pemutar kaset pertama yang dirilis tepat 45 tahun lalu. Hal ini menyebabkan revolusi di bidang perangkat elektronik portabel.

Sebelum adanya internet, masyarakat Indonesia biasa mendengarkan musik melalui kaset. Namun revolusi digital kini telah melemahkan industri kaset. 

Sony dulunya mendominasi industri pemutar kaset dunia, termasuk di Indonesia. Simak sejarah singkat bisnis Sony Walkman.  Sejarah singkat Sony Walkman

Munculnya radio transistor pada tahun 1950an merupakan pertama kalinya konsumen dapat memegang musik dengan tangan mereka. Baru pada tanggal 1 Juli 1979, perusahaan Jepang Sony merilis Walkman. 

Menurut History.com, Masaru Ibuka, CEO Sony sekaligus pecinta musik, punya kebiasaan membawa kaset radio saat naik pesawat. Ide pembuatan Walkman muncul karena Ibuka ingin mendengarkan musik menggunakan perangkat sederhana. Penyajian Walkman dibuat dari perangkat mobile yang sering digunakan oleh para jurnalis.

Perusahaan menolak Walkman pada awalnya. Mereka mengira tidak ada seorang pun yang mau membeli pemutar kaset tanpa rekamannya. Namun Ibuka menjawab: “Apakah menurut Anda musisi ini dapat dimanfaatkan dengan cara yang buruk?”

Setelah proses pengembangan selama empat bulan, Sony merilis Walkman di Jepang dengan harga 30.000 yen (sekitar US$150 atau Rs 95.000 pada tahun 1979). 

Mereka memulai dengan lambat, hanya menjual 3.000 unit di bulan pertama. Selanjutnya, Sony menerapkan strategi pemasaran yang unik: memberikan Walkman kepada pejalan kaki di Tokyo. Akhirnya stok sebanyak 30.000 unit terjual sebelum akhir Agustus 1979. Kembalinya sistem pemutar kaset.

Sebelum minat terhadap kaset muncul kembali, piringan hitam atau piringan hitam kembali menjadi bahan bakar pasar audiophile. Harga alat pemutar kaset dan kaset yang lebih murah dibandingkan piringan hitam menjadi salah satu daya tarik anak muda.

Seperti dilansir CNET, bukti “kembalinya” kaset adalah awal mula banyaknya pemutar kaset portabel di pasaran. Untuk mengikuti perkembangan zaman, beberapa perangkat ini juga memiliki fitur Bluetooth dan port USB. Ini adalah tip. 1. Perekam Pemutar Kaset Portabel yang Anggun

Dibanderol seharga $40, pemutar kaset mono ini memiliki mikrofon internal, Bluetooth, port USB, dan fitur perekaman. Gracioso dapat digunakan sebagai radio AM/FM. Suara pemutar kaset ini terdengar nyaring dan terkesan “hangat”.

Pemutar kaset ini berukuran 6,5 x 4,1 x 2,1 inci.  2. Periksa CP13

Fiio CP13 tidak memiliki banyak fitur, tetapi menggunakan baterai yang dapat diisi ulang. Ini membuatnya dijual seharga $109. 

Ukurannya lebih kecil dibandingkan Gracioso yakni 4,7 x 3,5 x 1,3 inci. Hal ini membuat Fiio portabel. Fiio menggunakan tombol volume fisik daripada roda kecil yang ditemukan pada model Walkman tradisional.

Pemutar kaset ini memiliki rasio signal-to-noise sebesar 55 dB, dibandingkan dengan 100 dB untuk CD. Artinya pengguna Fiio CP13 harus mendengarkan musik digital dua kali untuk mendapatkan suara (suara) yang sama. 3. Kami mengembalikan We-001

Pemutar kaset modern terbaik dari We Are Rewind. We Are Rewind berharga lebih dari $159, memiliki fitur Bluetooth, dan terbuat dari logam. Ukuran maksimum, 5,5 x 3,5 x 1,3 inci. Meskipun teknologi Bluetooth membuatnya mudah digunakan, fisiknya yang ringkas membuat pemutar ini cukup berat.

Tak ada bedanya dengan Fiio, rasio signal to noise pada pemutar kaset ini adalah 50dB. Suara yang dihasilkan seperti “api”.

Dari ketiga kaset yang disebutkan di atas, kekurangan yang paling umum adalah kurangnya peredam bising. Pasalnya, Chipset Dolby Digital Noise Reduction pada pemutar kaset sudah tidak diproduksi lagi. 

Namun pengguna pemutar kaset cenderung lebih memilih rasa netral saat menggunakan Sony Walkman. Tentu saja efek “wow” yang terdapat pada kaset tidak akan ditemukan pada versi digitalnya. Pemutar kaset yang dirilis pada tahun 2024 sangat menarik dengan fitur-fitur baru. (Catatan: Rehana)

Lihat berita dan cerita lainnya di Google Berita dan Channel WA