Bisnis.com, JAKARTA – Pabrik peleburan nikel PT Ceria Nugraha Indotama (CNI Group) di Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara akan segera mulai commissioning atau uji operasi. Proyek ini merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) yang disetujui Presiden Joko Widodo.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengakui kiprah pengusaha lokal dalam pembangunan smelter nikel menunjukkan kemajuan yang luar biasa. “Saya melihat progres fisik proyek peleburan cerium ini. Kami berharap penyelesaian mekanisnya bisa selesai pada Oktober dan launching akhir tahun ini,” ujarnya, Kamis (4/7/2024). ).
Diketahui, pemerintahan Presiden Joko Widodo dan kabinetnya akan berakhir pada 20 Oktober 2024. Dengan tujuan tersebut, berarti akan terlaksana sebelum terjadinya pergantian kepemimpinan di Tanah Air.
Proyek peleburan ini menggunakan teknologi Rotary Furnace Electric Furnace (RKEF), dengan pembangunan jalur produksi (1 x 72 MVA) untuk mengolah bijih nikel saprolit pada tahap awal. Rencananya akan dibangun empat jalur produksi tambahan (4 x 72 MVA) secara bertahap, dengan kapasitas produksi 252.700 ton per tahun.
Arifin menekankan pentingnya mengembangkan ekosistem elektrifikasi produk akhir industri penyulingan mineral Indonesia. Nikel ini inti dari baterai NCM (Nickel Cobalt Manganese). Kita punya nikel, lalu limonet kita punya kandungan kobalt yang signifikan juga. sebagai sumber mangan “Nusa Tenggara Timur. Itu yang harus kita integrasikan,” jelasnya.
CEO Ceria Group Derian Sakmiwata mengumumkan casting RKEF Ceria Line 1 akan dimulai dalam dua hingga tiga bulan ke depan. Derian menambahkan, ini merupakan langkah awal Ceria, dengan rencana pembangunan empat lini RKEF secara bertahap, serta pengecoran dengan teknologi high-pressure acid leaching (HPAL). Seluruh aktivitas industri Ceria berpedoman pada prinsip lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG).
“Saat ini, Ceria juga aktif menerapkan IRMA (Initiative for Responsible Mining Assurance) untuk menyempurnakan model operasi yang lebih memperhatikan aspek lingkungan dan sosial secara detail untuk menghindari risiko historis dan masa depan,” ujarnya.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel