Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Keuangan Sri Mulyani, Presiden Bank Indonesia (BI) Perry Warjio, Ketua Otoritas Jasa Keuangan (OJK) D.K. Mahendra Siregar bersama Purbaya Yudhi Sadeva, Ketua DK Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) ikut serta dalam Sistem Keuangan. Komite (KSSK) melaporkan keadaan sistem keuangan Indonesia pada triwulan I tahun 2024.
Sementara itu, rapat rutin ke-2 KSSK yang dilaksanakan pada 30 April 2024 memaparkan situasi di sektor perekonomian, anggaran, moneter, dan keuangan.
Dalam laporannya, selaku koordinator KSSK, Sri Mulyani menyampaikan bahwa situasi perekonomian dan sistem keuangan Indonesia dalam kondisi baik meski menghadapi tantangan global.
Shri Mulyani mengatakan, meskipun KSSK akan terus memperkuat regulasi dan regulasinya, hal ini akan meningkatkan kesadaran akan ketidakpastian ekonomi dan pasar keuangan global serta kekhawatiran geopolitik yang kuat, termasuk risiko yang mempengaruhi perekonomian dan sektor keuangan domestik.
Pasalnya, meningkatnya ketidakpastian dan gejolak geopolitik global memberikan tekanan pada pasar keuangan global dan domestik.
“Di tengah meningkatnya ketidakpastian perekonomian global dan risiko gejolak geopolitik global, KSSK terus menilai masa depan indikator-indikator terkini sektor ekonomi dan keuangan,” ujarnya dalam konferensi pers, Jumat (3/5). /) 2024).
Berikut highlight hasil rapat rutin KSSK II: Menjaga sistem keuangan dan perekonomian.
Shri Mulyani mengatakan stabilitas keuangan, kebijakan moneter, dan sektor keuangan juga akan membantu menjaga kondisi tersebut.
“Pada triwulan I tahun 2024, stabilitas sistem keuangan Indonesia tetap ditopang oleh kebijakan fiskal APBN, kebijakan moneter BI, dan stabilitas keuangan,” ujarnya.
Sejalan dengan stabilitas sistem keuangan, kondisi perekonomian Indonesia juga tetap stabil dan baik pada periode tersebut.
Hal ini didukung oleh permintaan domestik yang masih kuat baik pada konsumsi pemerintah, konsumsi rumah tangga, maupun konsumsi LNPRT.
Posisi APBN triwulan I tahun 2024 saat ini surplus dengan belanja negara meningkat 18 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Tahun lalu, belanja pemerintah hanya meningkat sebesar 5,7 persen.
Di sisi lain, penyelenggaraan pemilu atau pemilu pada Februari 2024 juga akan menanggung beban biaya yang dikeluarkan lebih awal. Setidaknya biaya ini sebesar Rp 26 triliun pada Januari-Maret 2024 setiap lima tahun sekali. Ruby diperkirakan akan terapresiasi
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo yakin rupiah akan menguat pada dua hari pertama bulan Mei. Ia optimistis rupiah akan menguat untuk proyek-proyek BI dan mencapai Rp 16.000 dalam waktu dekat.
Menurut dia, ada empat faktor yang akan memperkuat rupee ke depan.
Pertama, kenaikan suku bunga acuan (BI-Rate) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 6,25% pada 24 April 2024. Kedua, investasi asing kembali masuk ke pasar dalam negeri.
Ketiga, prospek perekonomian Indonesia lebih baik dan stabilitasnya kuat. Keempat, Bank Indonesia berkomitmen menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Hal ini dilakukan bekerja sama dengan Pemerintah dan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK). Layanan keuangan berkelanjutan
Ketua Otoritas Jasa Keuangan (OJK) D.K. Mahendra Siregar mengatakan industri jasa keuangan tanah air tetap aman di tengah meningkatnya ketidakpastian dan gejolak geopolitik global. Hal ini didukung oleh permodalan yang kuat, likuiditas yang memadai, profil risiko yang terkendali, dan kinerja industri jasa keuangan yang relatif baik.
“Kinerja perbankan Indonesia hingga Maret 2024 masih stabil dengan tingkat permodalan perbankan atau capital adequacy ratio [CAR] yang tinggi sebesar 26,00%,” ujarnya.
Mahendra juga mencatat kenaikan utang sebesar 12,40% (year-on-year) atau Rp 7,244 triliun, kenaikan utang modal kerja tertinggi sebesar 12,30% year-on-year.
Sejalan dengan pertumbuhan kredit, Dana Pihak Ketiga (DPK) juga meningkat sebesar 7,44% menjadi Rp8,601 triliun dan giro meningkat sebesar 9,37%.
Hal ini menjaga likuiditas bank pada Maret 2024 dengan rasio Alat Likuid/Non Inti Deposit (AL/NCD) dan Alat Likuid/DPK (AL/DPK) masing-masing tercatat sebesar 18% dan 27%. Posisi ini masih melebihi ambang batas 50% dan 10%. Kinerja simpanan pelanggan
Terkait penjaminan simpanan, Ketua DK LPS Purbaya Yudhi Sadeva mengungkapkan hingga akhir Maret 2024, jumlah rekening nasabah simpanan LPS sebanyak 99,94% dari total rekening atau 570.319.191 rekening.
LPS senantiasa mengkaji dan mengevaluasi dinamika kegiatan perbankan, perekonomian dan SSK terkait dengan Suku Bunga Penjaminan (TBP) yang sesuai dengan perkembangan kondisi perekonomian dan perbankan.
Sementara itu, Purbaya mengatakan dari sisi penjaminan dan solusi akan mendukung pemulihan indikator perekonomian, menjaga stabilitas SSK, dan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap perbankan.
“KSSK berkomitmen untuk terus meningkatkan koordinasi dalam memprakirakan risiko ketidakpastian perekonomian global dan potensi eskalasi ketegangan geopolitik global,” ujarnya.
Sedangkan KSSK akan kembali menggelar rapat rutin pada Juli 2024.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan Channel WA