Bisnis.com, Jakarta – Mengikuti kebijakan FCA, Bursa Efek Indonesia bersiap menerbitkan aturan short sell pada Semester II/2024 setelah IHSG mencapai level terendah.
Berdasarkan data BEI, IHSG per Rabu (12/6/2024) berada di level 6.850,09, turun 5,81% pada tahun berjalan. IHSG pun sempat mencapai level terendahnya di 6.821 pada tahun 2024.
Investor asing juga mencatatkan penjualan bersih sebesar Rp 10,81 triliun sepanjang tahun 2024. Padahal, hingga 22 Maret 2024, investor asing mencatatkan pembelian bersih sebesar Rp 28,25 triliun sepanjang tahun berjalan.
Erwan Susandi, Direktur Peraturan Pedagang dan Anggota Bursa BEI, mengungkapkan BEI sedang dalam proses pengembangan beberapa produk baru yang akan diluncurkan tahun ini, seperti shortselling, single stock futures, dan put waran (managed waran). , Ia memperkirakan langkah strategis ini dapat semakin menggairahkan selera pasar modal Indonesia.
“Kami berharap hal ini dapat meningkatkan pilihan instrumen perdagangan bagi investor,” jelasnya.
Lebih lanjut Irwan mengatakan, faktor utama turunnya IHSG ada dua hal.
Erwan Susandi dalam keterangannya, Kamis (13/6/2024), “Penguatan dolar AS tidak hanya terjadi terhadap rupee, namun pelemahan juga terlihat pada mata uang banyak negara lain.”
Dari sisi permasalahan kebijakan moneter, menurut Kementerian Keuangan, pada akhir April 2024, posisi utang Indonesia mencapai Rp8.338,43 triliun dengan rasio utang terhadap PDB sebesar 38,64%. Rasio utang ini mengalami penurunan dibandingkan akhir tahun 2023 yakni 38,98% dan masih di bawah batas 60% PDB sesuai undang-undang.
Kinerja indeks harga saham gabungan (IHSG) yang menggambarkan keadaan pasar saham di Indonesia diperkirakan masih lemah sepanjang tahun 2024. Bahkan, IHSG menempati peringkat kedua terendah dibandingkan bursa lain di Asia Tenggara (ASEAN). ,
Di posisi terbawah adalah pasar saham Thailand yang akan turun 6,81% pada tahun 2024. Sementara yang berada di atas IHSG adalah Bursa Filipina yang melemah 0,62% sepanjang tahun ini.
Di antara bursa Asia Pasifik atau Asia lainnya, Indonesia menempati peringkat ke-12 atau terendah kedua. Bursa Efek Taiwan menjadi yang paling menguntungkan dengan peningkatan 22,97%.
Kepala Ekonom BCA Group David Samuel mengatakan pelemahan GCI tak lepas dari langkah investor asing yang cenderung menjual saham Indonesia dalam beberapa hari terakhir. Hal ini merupakan strategi untuk memindahkan dana investor ke negara lain yang valuasinya lebih menarik.
“Contohnya China yang dinilai menarik, setelah aksi jual tahun lalu. Bursa India juga mengalami kenaikan bobot MSCI, apalagi pemilunya juga relatif sukses. Haven,” jelasnya kepada Bisen. Rabu (12). /6/2024).
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel