Bisnis.com, Jakarta — Saham PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) melonjak pada penghujung sesi I perdagangan hari ini, Selasa (19/11/2024), rencananya akan memanggil manajemen perseroan di kantor Danantara siang ini.
Saham TLKM diparkir di Rp 2.760 per saham di akhir sesi I setelah bermanuver antara Rp 2.590 hingga Rp 2.800 per saham, berdasarkan data Bursa Efek Indonesia. Pada level tersebut, TLKM menguat 170 poin atau meningkat 6,56%.
TLKM terus menghijau setelah menguat 1,97% pada perdagangan Senin (18/11/2024). Namun TLKM dilaporkan melemah 8,31% pada bulan sebelumnya atau turun 30,13% pada tahun berjalan 2024.
Perkembangan lainnya, dalam ajakan bisnis, Badan Pengelola Penanaman Modal Anagata Nusantara (BPI Danantara) akan mengundang beberapa BUMN selama sepekan ke kantornya di kawasan Sikini, Menteng, Jakarta Pusat. Salah satu yang ditemui di kantor Dantar pada Selasa sore adalah Telkom.
Pada tahap awal pendirian Danantara, dana kelolaan atau aset kelolaan (AUM) perusahaan superholding pendahulunya, BUMN, berjumlah US$10,8 miliar yang diterima dari Investment Authority of Indonesia (INA). Langkah selanjutnya adalah sebanyak tujuh BUMN akan dilebur ke dalam Danantara.
Ketujuh BUMN tersebut adalah PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (WTCB), PT PLN (Persero), PT Pertamina (Persero), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI), PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) dan perusahaan induk pertambangan negara Indonesia MIND ID.
Jika merger berjalan lancar, Danantara akan memiliki aset kelolaan sekitar $600 miliar. Jumlah ini diperkirakan akan meningkat menjadi $982 miliar di tahun-tahun mendatang, menjadikan Danantara sebagai dana kekayaan negara (SWF) terbesar keempat di dunia.
Untuk prospek saham TLKM, Analis BRI Danarexa Securitas Niko Margaronis dan Analis Mire Asset Securitas Indonesia Daniel Vidjaja memiliki konsensus rekomendasi beli.
Daniel mengatakan, prospek positif TLKM tidak lepas dari inisiatif dan strategi pengembangan bisnis yang dilakukan perseroan, termasuk menggenjot bisnis Fixed Mobile Convergence (FMC). Di sisi lain, persaingan yang ketat dan pendapatan rata-rata per pengguna (ARPU) yang lebih rendah dari perkiraan berisiko mengaburkan prospek masa depan TLKM.
Pada tahun 2024, TLKM diprakirakan memiliki pendapatan Rp153,13 triliun, EBITDA Rp44,65 triliun, dan laba bersih Rp24,34 triliun. Mirae Asset Sekuritas memperkirakan target harga Rp 3.600 per saham untuk saham TLKM.
Dalam riset terpisah, Nikko mematok target harga saham TLKM di posisi lebih tinggi yakni Rp 4.250 per saham.
Menurutnya, TLKM berkomitmen mencapai target pertumbuhan penjualan rendah satu digit pada tahun 2024. Nico memperkirakan TLKM akan menghasilkan pendapatan Rp 152,21 triliun.
“Kami memperkirakan potensi pendapatan yang kuat pada kuartal keempat tahun 2024 dan kuartal pertama tahun 2025, konsisten dengan pola musiman.”
Di sisi lain, margin EBITDA Telkom akan menjadi sekitar 51% pada kuartal berikutnya seiring dengan langkah menciptakan one-time billing untuk produk TLKM.
Penafian: Berita ini tidak dimaksudkan untuk mendorong pembelian atau penjualan saham apa pun. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas segala kerugian atau keuntungan yang diakibatkan oleh keputusan investasi pembaca.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA channel