Bisnis.com, Jakarta – Pergerakan La Niña yang membawa curah hujan tinggi di penghujung tahun berdampak pada naiknya harga minyak sawit mentah (CPO). Hal ini, ditambah dengan kuatnya permintaan domestik yang didukung oleh biodiesel B40, membuat para analis memberikan peringkat overweight pada saham Perkebunan.
Analis MNC Securitas Raka Juniko W memperkirakan produksi CPO akan tetap stabil jika permintaan dalam negeri terus meningkat seiring mendekati La Nina. Di sisi lain, volume ekspor diperkirakan akan melemah.
MNC Securitas melaporkan produksi CPO pada Juli 2024 turun 4,8% year-on-year menjadi 31,5 juta ton dari 33,1 juta ton tahun lalu. Sementara itu, produksi minyak sawit (PKO) mengalami penurunan sebesar 5,2% dibandingkan tahun lalu menjadi 3 juta ton.
“Total konsumsi minyak sawit dalam negeri tetap kuat, meningkat 2,4% year-on-year menjadi 15,6 juta ton, terutama disebabkan oleh peningkatan penggunaan biodiesel,” tulis Raka dalam riset terbaru yang dikutip Senin (18/11). /2024). ) meningkat sebesar 10,6%.
Pada saat yang sama, pemerintah menargetkan batas waktu produksi biodiesel B40 pada awal tahun 2025. Hal ini akan menyebabkan permintaan biofuel meningkat sekitar 1,6-2,4 juta kilo sehingga total produksinya mencapai 15,8 juta kilo.
Tidak perlu disebutkan lagi, Peraturan Perdagangan No. 26/2024 yang memperluas Kewajiban Pasar Internal (DMO) dengan memasukkan produk-produk seperti Limbah Pabrik Kelapa Sawit (POME) untuk memastikan tidak hanya pasokan minyak bumi tetapi juga dukungan B40.
Permintaan domestik yang lebih tinggi berarti ekspor akan turun sekitar 10,1% pada Juli 2024, sehingga mengurangi pasokan menjadi 2,5 juta ton atau kurang pada tahun ini.
Sementara itu, pasar ekspor India diperkirakan mengalami penurunan sebesar 19% pada tahun 2023, hal ini dinilai tidak terlalu menjanjikan sementara konsumsi dalam negeri sedang tinggi. Selain itu, ekspor ke Tiongkok dan Amerika juga menunjukkan potensi pertumbuhan dengan CAGR masing-masing sebesar 5,2% dan 12,1% selama 2018-2023.
Dari sisi harga, pergerakan harga CPO mengalami kenaikan sebesar 35% dibandingkan year-on-year (y-o-y), Harga Jual Rata-Rata (ASP) mengalami kenaikan sebesar 10% di banyak perkebunan hingga September 2024.
Dengan rendahnya harga bahan baku, khususnya harga pupuk, maka laba bersih pekebun bisa menguat hingga 46,5% dibandingkan tahun lalu, yang mencerminkan kenaikan laba bersih menjadi 10,7%.
Selain itu, BMKG memperkirakan La Niña akan berlangsung hingga Maret 2025. La Niña akan berdampak pada 67% wilayah Indonesia termasuk wilayah budidaya.
“Dengan kondisi tersebut, kami memperkirakan dapat menopang harga CPO di tengah terbatasnya pasokan,” tulis Raca.
MNC Securitas memperkirakan harga CPO akan mencapai 4.700-5.700 ringgit per ton pada tahun 2025.
Oleh karena itu, MNC Securitas memberikan rekomendasi overweight pada saham Perkebunan, dengan pilihan tertinggi adalah saham DSNG dengan target harga Rp 1.400 dan STAA dengan target harga Rp 1.000.
Penafian: Tujuan buletin ini bukan untuk mendorong pembelian atau penjualan saham. Keputusan investasi ada di tangan semua pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas segala kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel