Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali melemah pada Selasa (28 Mei 2024) dan menyentuh Rp 16.090. Di saat yang sama, mayoritas mata uang Asia justru menguat.

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup melemah 18,50 poin atau 0,12% ke Rp 16.090. Indeks dolar AS turun 0,15% menjadi 104,44.

Sementara itu, sebagian besar mata uang lain di Asia juga melemah. Misalnya, yuan Tiongkok yang mencatat pelemahan 0,03%, disusul pelemahan rupee India sebesar 0,03%. Baht Thailand juga melemah 0,06%, sedangkan won Korea menguat 0,41%.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi pergerakan mata uang saat ini. Salah satunya datang dari penantian data indeks harga konsumsi pribadi (PCE) AS pekan ini.

“Angka ini merupakan ukuran inflasi yang diminati oleh Federal Reserve dan kemungkinan besar akan menjadi salah satu faktor dalam proyeksinya,” ujarnya dalam publikasi riset bank sentral mengenai penurunan suku bunga yang dirilis Selasa (28 Mei 2024). . 

Alat CME FedWatch menunjukkan bahwa investor di pasar memperkirakan kemungkinan suku bunga tetap tidak berubah pada bulan September akan lebih tinggi dibandingkan perkiraan sebelumnya untuk penurunan suku bunga secara luas.

Ibrahim mengatakan tren ini muncul ketika serangkaian pejabat Fed memperingatkan bahwa inflasi yang tinggi akan menghalangi bank sentral untuk segera melakukan pelonggaran kebijakan. Inflasi diperkirakan akan tetap di atas target tahunan sebesar 2%.

“Hal ini membuat para pedagang mulai memperkirakan kemungkinan lebih besar bahwa The Fed akan mempertahankan suku bunga tidak berubah pada bulan September, dibandingkan dengan ekspektasi sebelumnya yaitu penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin,” katanya.

Selain itu, kata Ibrahim, data indeks manajer pembelian utama dari Tiongkok juga akan dirilis akhir pekan ini. Menurut dia, data ini akan lebih memberikan petunjuk terkait aktivitas bisnis di Tanah Awi Terai.

Kabar baik datang dari perekonomian global, khususnya mengenai Indeks Baltik yang mewakili peningkatan lalu lintas transportasi antarnegara sebesar 112% dibandingkan periode Desember 2023.

Ibrahim mengatakan, lonjakan tersebut menandai peningkatan perdagangan internasional yang didorong oleh perbaikan ekonomi di berbagai negara, termasuk Tiongkok.

“Hal ini memberikan harapan bahwa situasi global mungkin lebih baik dari perkiraan IMF dan Bank Dunia pada tahun 2024,” ujarnya. 

Namun ketegangan geopolitik masih menjadi ancaman bagi stabilitas dunia. Meningkatnya konflik di Gaza, dimana pasukan Israel memasuki Rafah, menciptakan momentum yang luar biasa di wilayah tersebut. Mendalamnya hubungan antara AS dan Tiongkok juga mempengaruhi situasi global secara keseluruhan.

“Jadi meskipun ada kabar baik mengenai perbaikan perekonomian global, penting bagi semua pihak untuk tetap waspada terhadap ketegangan geopolitik yang dapat mempengaruhi stabilitas dan pertumbuhan ekonomi di seluruh dunia.”

Pada perdagangan besok, Rabu (29 Mei 2024), Ibrahim memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup pada kisaran Rp 16.080 – Rp 16.140. 

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel