Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Perekonomian Airlangga Hartarto merilis pernyataan nilai tukar rupiah akan turun menjadi 16.430 terhadap dolar AS.
Rupiah berakhir diperdagangkan melemah 0,40% atau 65 poin menjadi Rp16.430 USD, berdasarkan data Bloomberg. Sedangkan indeks dolar naik 0,24% menjadi 105.132. Mata uang Asia lainnya bergerak berbeda terhadap dolar AS.
Yen Jepang 0,19%, dolar Singapura 0,14%, won Korea 0,22%, peso Filipina 0,03%, rupee India 0,13%, yuan Tiongkok 0,05%, ringgit Malaysia 0,06%, baht Thailand Bach berkurang 0,20%. Sementara mata uang yang berhasil menguat satu-satunya adalah dolar Hong Kong yang menguat 0,03%.
“Iya kita lihat karena dolar AS lebih kuat terhadap berbagai mata uang dan perekonomian AS lebih baik,” ujarnya dalam konferensi pers di Jakarta (20/6/2024).
Airlangga mengatakan pemerintah dan Bank Indonesia (BI) akan memantau pergerakan nilai tukar rupiah setiap hari.
Berita lainnya, Gubernur Bank Indonesia Perry Varjio membeberkan penyebab jatuhnya rupiah ke level 16.430 terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Hal ini juga memastikan nilai tukar rupee tetap stabil di masa depan.
Menurut Perry, nilai tukar rupiah hingga 19 Juni 2024 masih stabil, meski pada Mei 2070 turun 0,70% point-to-point, namun menguat 0,06% point-to-point terhadap nilai tukar. tarif pada akhir bulan lalu.
Ia menjelaskan, melemahnya nilai tukar rupiah dipengaruhi oleh tingkat ketidakpastian di pasar keuangan global, terutama ketidakpastian arah penurunan suku bunga utama AS.
Selain itu, Perry mengatakan depresiasi rupiah terutama disebabkan oleh penguatan dolar AS dan berlanjutnya ketegangan politik di seluruh dunia.
“Tekanan terhadap mata uang dari faktor dalam negeri juga terkait dengan meningkatnya permintaan modal perusahaan, termasuk return saham, serta diterimanya stabilitas keuangan di masa depan,” ujarnya dalam konferensi pers menyusul hasil pemilu. papan. Pertemuan Para Gubernur, Tiongkok (20/6/2024).
Menurut Perry, nilai tukar rupiah mengalami pelemahan sebesar 5,92% dari level akhir Desember 2023. Namun ia menilai penurunan mata uang tersebut masih kalah dibandingkan penurunan mata uang negara lain.
Ia juga mencontohkan mata uang yang terdepresiasi signifikan antara lain Won Korea, Baht Thailand, Peso Meksiko, Real Brasil, dan Yen Jepang masing-masing sebesar 6,78%, 6,92%, 7,89%, 10,63%, dan 10%. 78%
“Ke depan, nilai tukar rupiah diperkirakan bergerak lambat sejalan dengan komitmen BI dalam menstabilkan nilai tukar rupiah dan valuta asing, imbal hasil yang menarik, pendapatan rendah dan pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap positif,” jelasnya. (Ahmad Yahya)
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA