Bisnis.com, Jakarta – Menteri Keuangan Bapak Mulyani Indrawati mengumumkan kinerja Anggaran Pajak dan Belanja Nasional (APBN) pada Juli 2024. Ada banyak hal seperti peningkatan modal nasional (biaya pembangunan bangsa). IKN) Nusantara menyusut dalam pembayaran pajak.
Hal itu disampaikan Mulyani dalam jumpa pers APBN Kita di Kantor Kementerian Keuangan (KMENKU), Jakarta Pusat, Selasa (13/8/2024).
Data penting keuangan nasional untuk periode awal Januari hingga akhir Juli 2024 telah terungkap. Pak Mulyani melaporkan pendapatan yang diperoleh dari negara seperti pajak, pendapatan bea cukai, dan pendapatan daerah.
Belanja Pemerintah Pusat untuk Pembangunan IKN Bendahara Negara; pasokan bahan bakar; Laporan ini juga melaporkan belanja praktis nasional, seperti bantuan sosial dan belanja pemerintah daerah, untuk pemilu serentak tahun 2024.
Lalu bagaimana detailnya? Berikut rangkuman yang dihimpun dari bisnis tersebut.
Defisit Rp 93,4 triliun
APBN tercatat defisit Rp 93,4 triliun hingga Juli 2024. Peningkatan belanja pemerintah menjadi faktor utama meningkatnya defisit anggaran.
Pak Mulyani menjelaskan defisit APBN mencapai Rp 93,4 triliun atau produk domestik bruto (setara 0,41% PDB). Defisitnya melebar menjadi Rp 77,3 triliun atau 0,34% PDB dari bulan sebelumnya atau posisi Juni 2024.
“Secara keseluruhan, kita akan mengalami defisit sebesar Rp93,4 triliun atau 0,41% PDB pada Juli 2024, masih lebih tinggi dari total defisit APBN [proyeksi 2024],” kata Mulyani.
APBN 2024 diproyeksikan sebesar Rp522,8 triliun atau 2,29% PDB. Artinya, defisit yang terjadi pada Juli 2024 berada dalam kisaran perkiraan pemerintah.
Pak Mulyani menjelaskan pendapatan nasional Januari-Juli 2024 setara Rp 1.545,4 triliun atau 55,1% dari target pendapatan. Dibandingkan periode yang sama tahun lalu, pendapatan tersebut mengalami penurunan sebesar 4,3 persen.
Sementara belanja negara pada Januari-Juli 2024 tercatat sebesar Rp1.638,8 triliun atau 49,3% dari alokasi pemerintah. Ini mencatat peningkatan konsumsi sebesar 12,2% selama periode yang sama tahun lalu. anggaran IKN
Anggaran pengembangan IKN Nusantara sebesar Rp11,2 triliun telah dilaksanakan hingga Juli 2024. Dana tersebut setara dengan 26,4% dari pagu anggaran yang disiapkan dalam APBN 2024.
Pak Mulyani menjelaskan, total pagu anggaran pembangunan IKN pada tahun 2024 adalah Rp 42,5 triliun. Namun, pada akhir Juli 2024, kurang dari sepertiganya telah diberikan.
Jadi pembayaran plafon 2024 sebesar Rp42,5 triliun hanya Rp11,2 triliun, jelasnya.
Jika ditilik, besaran pagu sebesar Rp 42,5 triliun berbeda dengan proyeksi pagu sebesar Rp 40,6 triliun pada awal tahun 2024. Artinya terjadi peningkatan sebesar Rp 1,9 triliun.
Pak Mulyani menjelaskan, kenaikan anggaran tersebut disebabkan adanya tambahan belanja infrastruktur.
Beberapa penambahan belanja seperti Jalan Tol IKN Bandara VVIP, Jalan Jembatan IKN juga sudah dilakukan kemarin dan ada pula yang belum selesai,” ujarnya.
Diumumkan anggaran perayaan HUT RI di IKN Nusantara tahun ini sebesar Rp 87 miliar. Kompresi PMI.
Indeks Manajer Pembelian (PMI) Manufaktur tercatat masuk ke zona kontraksi seiring dengan ‘beberapa industri yang terpuruk’.
Pak Mulyani mengungkapkan, setidaknya ada empat industri yang akan mendapat tekanan lebih besar pada Juli 2024. Pada Juli 2024, pertumbuhan tekstil dan produk tekstil (TPT) diperkirakan stagnan. Artinya seharusnya tumbuh tanpa tumbuh sebesar 0%.
Sementara itu, industri alas kaki hanya tumbuh sebesar 1,9% (y/y). Kemudian industri karet tumbuh sebesar 2,1%. Di sisi lain, industri permesinan menunjukkan kontraksi sebesar 1,8% pada Juli 2024.
Jadi menteri terkait akan mengambil langkah untuk mengeluarkannya dalam bentuk PMK. Apakah kita akan menggunakan pajak atau bea masuk atau cara lain,” jelas Pak Mulyani. . Bayar pajaknya.
Pembayaran pajak sampai dengan Juli 2024 tercatat sebesar Rp1.045,32 triliun atau 52,56% dari target APBN 2024, mengalami kontraksi sebesar 5,8% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Dia telah mencetak lebih dari setengah gol tahun ini. Mulyani mengatakan, pembayaran pajak mulai April 2024 akan relatif tertekan, terutama pada pembayaran pajak penghasilan (PPh) sektor migas dan nonmigas.
Pada Januari hingga Juli 2024, PPh migas tercatat mengalami kontraksi sebesar Rp39,32 triliun atau total 13,21%.
“Minyak dan gas bumi sudah ditarik, produksi minyak menyusut atau terus menurun, dan harga naik, namun target APBN tidak pernah tercapai,” kata Mulyani.
Sementara itu, pada APBN 2024, pemerintah menargetkan produksi minyak sebanyak 580-609.000 barel per hari. Sementara realisasinya mencapai 576,2 barel per hari pada Juni 2024.
Pertumbuhan negatif terjadi pada kinerja PPh nonmigas. Hingga Juli 2024; Penerimaan PPh nonmigas terkontraksi Rp593,76 triliun atau 3,04% secara bruto.
Meski demikian, modal asing terus mengalir ke pasar keuangan Indonesia dengan aliran modal masuk sebesar IDR 5,25 triliun pada minggu lalu, kata Mulyani Indrawati, meskipun terjadi gejolak di pasar keuangan.
Rinciannya, aliran modal masuk obligasi pemerintah (SBN) hingga 9 Agustus 2024 senilai Rp 4,17 triliun. Selain itu, aliran modal masuk melalui ekuitas senilai Rp 1 triliun.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA channel.