Bisnis.com, Batavia – Indonesia merupakan pusat ekonomi digital di Asia Selatan. Laporan yang dibuat oleh Google, Temasek dan Bain & Company menyatakan bahwa pasar ekonomi digital Indonesia akan mencapai US$ 210 miliar hingga US$ 360 miliar pada tahun 2030. 

Angka ini sekitar dua hingga tiga kali lipat dari pasar ekonomi digital Filipina yang diproyeksikan mencapai US$80 miliar hingga US$150 miliar dalam satu tahun. 

Nilai ekonomi digital yang sangat besar ini terutama berasal dari perdagangan elektronik (e-commerce) yang diperkirakan bernilai US$160 miliar, melampaui perjalanan online yang hanya mencapai US$15 miliar pada tahun yang sama. Khusus pangan dan transportasi, serta media online, pasar ekonomi digital di Indonesia diperkirakan masing-masing sebesar US$ 20 miliar dan US$ 15 miliar.

Berdasarkan data tersebut, Kompas.co.id, platform penyedia informasi e-commerce Indonesia, mengungkapkan bahwa pertumbuhan e-commerce terjadi di berbagai daerah, baik daerah primer, ekstrim, dan tertinggal (3T) seperti Maluku, Nusa. Tenggara adalah. & Papua. 

Kepala Humas Kompas Bayu Wardana mengatakan, penjual komersial sektor FMCG di wilayah timur Indonesia terhitung, namun jumlah produk yang terjual (volume penjualan) pada Semester I/2024 turun 19,4%. Semester II/2023.

Penurunan jumlah produk terjual terbesar terjadi di Provinsi Maluku Utara dengan jumlah produk terjual turun 42,9% atau dari 3.554 menjadi 2.031 produk. Sementara itu, Maluku dengan kota Ambon mengalami pertumbuhan paling besar. 

Peningkatan terbesar terjadi di Provinsi Maluku yang meningkat sebesar 34% atau total 5.592 menjadi 7.491 produk, demikian laporan Bayu Bisnis, Jumat (13/9/2024). 

Paket kecantikan minyak kulit jenis Butcher yang dijual di Nusa Tenggara Barat, wilayah timur Indonesia, merupakan produk FMCG terlaris di Semester 1/2024, kata Bayu. Sayangnya, meski populer, produk ini mengalami penurunan penjualan sebesar 17,6% dibandingkan semester sebelumnya. 

“Penurunan ini kemungkinan besar dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti persaingan yang meningkat pesat dan tren konsumen yang berubah,” kata Bayu. 

Lebih lanjut Bayu mengatakan, peningkatan penjualan sebenarnya juga terjadi pada spesies lain. Maluku mencatatkan peningkatan jumlah penjualan produk coklat sebesar 63,4% pada Semester I/2024. Sementara itu, penjualan produk tabir surya di Nusa Tenggara Timur mengalami peningkatan sebesar 33,7%.

Di Papua, hampir seluruh provinsi mencatat peningkatan jumlah properti yang terjual. Provinsi Papua dan Papua Tengah mengalami pertumbuhan terbesar, masing-masing sebesar 81,8% untuk produk vitamin dan 195,7% untuk produk kopi. Pertumbuhan yang signifikan ini mewakili potensi pasar yang besar bagi produk FMCG di wilayah Papua. 

Satu-satunya provinsi di Papua yang mencatat penurunan produk yang terjual adalah Papua Selatan, dimana kategori produk vitamin mengalami penurunan sebesar 0,4%.

Bayu memperkirakan pertumbuhan transaksi di wilayah Indonesia Timur harus didorong oleh kehadiran infrastruktur digital. 

“Kami berharap dengan mulai membangun dan menghadirkan infrastruktur digital di Indonesia, kami dapat meningkatkan penjualan e-commerce di wilayah timur Indonesia,” kata Bayu. 

Patut dicatat, dalam 10 tahun terakhir pemerintah dan swasta bekerja sama membangun infrastruktur telekomunikasi. Hasilnya, selama satu dekade terakhir, penetrasi internet di Indonesia meningkat sebesar 440 basis poin.

Dari total populasi 275,5 juta orang, penetrasi internet di negara ini diperkirakan akan tumbuh dari 34,9% pada tahun 2014 menjadi 79,5% pada tahun 2024.

Pengembangan internet khususnya di daerah tertinggal, marginal, dan eksternal (3T) merupakan salah satu program inti BAKTI Kementerian Komunikasi dan Informatika. 

Melalui jaringan satelit, serat optik, dan Base Transceiver station (BTS) 4G, pemerintah berupaya memastikan seluruh masyarakat di Indonesia merasakan manfaat dari perkembangan teknologi.

Bakti saat ini mengoperasikan satelit multifungsi Satria-1 berkapasitas 150 Gbps yang menargetkan 37.000 titik di seluruh Indonesia.

Sebagian besar pekerjaan Bakti ditujukan pada bidang kesehatan dan pendidikan. 

Kemudian pada Juni 2024 akan beroperasi sebanyak 4.990 BTS 4G dari target 5.618 BTS, dimana lebih dari 70% BTS berada di kawasan timur Indonesia, khususnya Papua. 

Bakti Palapa juga tengah menggarap jaringan tulang punggung Sistem Komunikasi Kabel Bawah Laut (SKKL) Ringo yang membentang sepanjang 12.148 kilometer menghubungkan 90 kabupaten/kota dengan 57 kabupaten/kota dan 33 kabupaten/kota yang saling terhubung di seluruh Indonesia.

Selama 5 tahun terakhir, penggunaan Palapa Ringo tumbuh 22% per tahun, dengan total bandwidth di Palapa Ringo kini mencapai 762 Gbps. Mayoritas infrastruktur ini berada di kawasan Indonesia Timur. 

Khusus e-commerce, pada tahun 2020 Bakti bekerja sama dengan Asosiasi E-Commerce Indonesia (IDEA) menyelenggarakan rangkaian edukasi bagi UMKM dalam mengembangkan usahanya menggunakan teknologi digital. Terdapat 600 topik pendidikan digital yang akan dikembangkan dalam seri pembelajaran online.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel