Bisnis.com, JAKARTA – Melalui Badan Koordinasi Penanaman Modal dan Promosi/Penanaman Modal (BKPM), pemerintah Indonesia meminta calon investor sangat berhati-hati dalam memilih lahan khusus untuk industri.
Kata Deputi Promosi Penanaman Modal BKPM Nurul Ichwan kepada pengusaha makanan dan minuman asal Tiongkok saat kunjungan bisnis Tiongkok ke Indonesia, Senin (11/11). /2024).
Tak jarang ditemukan keluhan investor mengenai sulitnya membangun pabrik karena lahan yang dipilih bukan untuk pengembangan industri, melainkan perkebunan atau kawasan pemukiman.
“Beberapa dari Anda [investor China] membutuhkan lahan dan pada akhirnya Anda tidak bisa mengembangkan pabrik industri di lahan tersebut, jadi berhati-hatilah dalam berkonsultasi karena lahan tersebut bukan untuk industri,” kata Nurul.
Di sisi lain, Nurul fokus melaksanakan investasi manufaktur yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Misalnya, Pada tahun 2018, investasinya hanya sebesar Rp 222,3 triliun, dan pada tahun 2023 meningkat 2,7 kali lipat menjadi Rp 596,3 triliun.
Kinerja investasi tersebut didukung oleh 5 negara dengan kontribusi investasi terbesar, salah satunya Singapura. Menurut dia, investasi dari Singapura juga akan datang dari investor Tiongkok.
Pada saat yang sama, Sektor terbesar yang mendorong investasi di Indonesia adalah pertambangan dan pengolahan makanan pada urutan pertama dan kedua. Untuk industri pangan mencapai Rp395,4 triliun dalam 5 tahun terakhir.
“Kami berharap setelah kunjungan Bapak ke sini, kami dapat meningkatkan efisiensi industri pangan dalam melaksanakan investasi kami,” ujarnya.
Sebelumnya, Ketua Gabungan Industri Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Jenderal Adhi S. Lukman mengatakan, mendorong kehadiran pengusaha China di Indonesia tidak hanya akan membuka peluang usaha tetapi juga meningkatkan investasi di sektor makanan dan minuman. Saya merasa lebih di Indonesia.
“Saya dengar banyak perusahaan yang ingin kembali dan berinvestasi di Indonesia,” ujarnya. “Ada kemungkinan investasi pembangunan pabrik di sini untuk produk jadi,” jelasnya.
Di sisi lain, Adhi mengarahkan industri lokal memanfaatkan peluang kemitraan ini untuk ketersediaan bahan baku pangan yang tidak bisa diproduksi secara lokal.
“Beberapa bahan baku misalnya bahan tambahan makanan seperti asam sitrat, beberapa penyedap rasa, pewarna dan lain sebagainya tidak kita miliki di Indonesia, sehingga kerjasama ini sangat kita perlukan,” tutupnya.
Di sisi lain, Cao Derong, ketua Kamar Dagang I/E Foodstuffs China, mengatakan kelompoknya melihat potensi besar untuk berkontribusi terhadap pengembangan industri makanan dan minuman di Indonesia.
Salah satunya melalui program makanan bergizi gratis yang diusung Presiden Prabowo Subianto, yang merupakan inisiatif besar pemerintah Indonesia. Pihaknya akan fokus pada agenda tersebut.
“Tahun ini Tiongkok dan Indonesia berkontribusi besar dalam sektor perdagangan pangan. Volume perdagangannya sebesar 12,8 miliar dolar, ekspor Tiongkok ke Indonesia melebihi 3,1 miliar dolar, sedangkan impor Indonesia mencapai 9,7 miliar dolar,” jelasnya.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel.