Bisnis.com, JAKARTA – Ekonom menjelaskan mengapa Indonesia kerap kebanjiran barang asal China sehingga mengancam perusahaan dalam negeri. Isu pengenaan pajak hingga 200% dinilai bisa menjadi solusi.

Direktur Jenderal Center of Reform on Economics (Core), Mohammad Faisal mengatakan, adanya perjanjian perdagangan dalam kerangka ASEAN China Free Trade Agreement (ACFTA) menjadi salah satu faktor penyebab meningkatnya impor dari pasar China yang sudah mengalami peningkatan. membanjiri Tiongkok. Asean, termasuk Indonesia.

Sejak diluncurkan pada tahun 2016, katanya, sebagian besar produk yang diimpor dari Tiongkok tidak banyak memberikan manfaat di dalam negeri.

“Kita terikat dengan ACFTA yang selama 10 tahun terakhir membanjiri kita dengan produk-produk China. Bahkan sebagian besar dikenai tarif hampir 0% [bea masuk atas barang-barang China],” kata Faisal saat ditanya. , Senin (7/1/2024).

Di sisi lain, Faisal menggarisbawahi pemerintah ingin meningkatkan investasi dari China sebesar 200%. Menurut dia, pemerintah tidak perlu mengambil tindakan cepat jika industri tekstil (TPT) akan tergerus barang asal China.

Meski sepakat bahwa lebih banyak investasi asing akan berguna untuk melindungi produksi dalam negeri, Faisal juga mengingatkan pemerintah akan konsekuensi yang mungkin timbul dari langkah besar tersebut.

“Jadi ada kemungkinan Tiongkok akan membalas, seperti yang terjadi pada Uni Eropa yang baru-baru ini mengenakan pajak atas produk EV [kendaraan listrik] yang diimpor ke Eropa,” ujarnya.

Faisal juga mempertanyakan langkah pemerintah yang terus menerapkan tarif lebih tinggi terhadap barang impor dari China. Apakah pajak impor yang lebih rendah akan bersifat permanen atau sementara?

“Perbaiki ini [aliran barang dari Tiongkok] yang menimbulkan masalah, bukan hanya karena alasan sementara atau tujuan politik pemerintah,” ujarnya.

Untuk tiga dolar, direktur Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS) Yose Rizal Damuri mengatakan bahwa alih-alih membuat undang-undang baru, pemerintah harus memperbaiki prosedur pengambilan barang yang ada.

Pasalnya, lonjakan impor dari Tiongkok, kata dia, sebagian besar disebabkan oleh kurangnya pengawasan dan penegakan hukum sehingga sulit menutup pelabuhan masuk.

“Kalau persoalan ini ditegakkan, maka penerapannya harus benar, bukan undang-undang baru yang dirancang untuk meningkatkan jumlah ekspor. Kalau begitu, tidak akan bisa dalam waktu dekat. Mungkin ini disebabkan oleh cara-cara ilegal [ekspor ilegal],” ujarnya. menjelaskan.

Pemerintah dihimbau untuk mempertimbangkan konsekuensi peraturan perundang-undangan sebelum mengambil kebijakan. Yose juga turut mempengaruhi ketidaksepakatan pemerintah dalam melakukan revisi Undang-Undang Pengelolaan Real Estate (Permendag No.36/2023) sebanyak tiga kali dalam waktu singkat karena adanya tekanan dari berbagai kalangan.

“Kita perlu melihat hasil pemerintahannya.

Melansir Bisnis.com, Jumat (28/6/2024), Menteri Perdagangan Zulhas memastikan akan segera menerapkan bea keluar 100%-200%. Hal itu dilakukan untuk menekan masuknya barang impor ke pasar dalam negeri yang lambat laun akan mematikan sektor industri dan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dalam negeri.

“1-2 hari terakhir ini kita sedang melaksanakan undang-undangnya, kita harapkan minggu depan sudah selesai,” kata Zulkifli usai pembukaan Pameran Karya Kreatif (KKJ) Jabar dan Pekan Kerajinan Jawa Barat (PKJB) 2024, di Trans . Bandung Convention Center, Jumat (28/6/2024).

Menurut Mendag, hampir seluruh barang impor siap pakai akan dikenakan pajak impor yang biasanya lebih dari 100%.

Beberapa di antaranya adalah produk kecantikan, sepatu, baju, TPT, dan keramik. Semua akan dialihdayakan lebih dari 100%. “Kami mengawasi barang-barang luar negeri agar tidak mematikan barang-barang industri,” kata Zulhas.

Berdasarkan data Bisnis.com, Senin (15/1/2024), China menempati urutan pertama sebagai negara sumber utama ekspor ke Indonesia pada tahun 2023. Tercatat nilai barang dari China ke Indonesia sebesar 62,18 miliar dollar AS dan menyumbang 28,02 miliar dolar AS. % dari total penjualan.

“Negara utama ekspor produknya adalah China,” kata Kepala Statistik Distribusi dan Pelayanan BPS Pudji dalam jumpa pers, Senin (15/1/2024).

Temukan berita dan artikel lainnya di Google Berita dan WA Channel