Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak dunia terus melemah setelah rencana stimulus terbaru China mengecewakan investor yang memperkirakan lonjakan permintaan pasar.

Sementara pasokan minyak kemungkinan akan meningkat pada tahun 2025.

Menurut laporan Reuters, minyak mentah berjangka Brent turun 2,76% menjadi $71,83 per barel pada Selasa (12/11/2024). Demikian pula, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS juga melemah sebesar 3,32% menjadi menetap di $68,04 per barel. Sebelumnya pada Jumat (8/11/2024), kedua harga minyak utama tersebut turun lebih dari 2%.

Bill Flynn, analis senior di Price Futures Group, mengatakan kemenangan Donald Trump dalam pemilu AS dapat terus berdampak pada pasar minyak mentah. 

“Pemilu dengan janji Trump untuk melanjutkan pengeboran minyak menghilangkan beberapa insentif untuk mengambil posisi beli,” kata Flynn.

Indeks dolar AS, yang mengukur nilainya terhadap sejumlah mata uang asing, sedikit melampaui kenaikan yang terlihat setelah pemilihan presiden AS pekan lalu, karena pasar masih menunggu kejelasan mengenai kebijakan AS di masa depan.

Penguatan dolar AS membuat komoditas dalam denominasi AS seperti minyak menjadi lebih mahal dan membebani harga bagi pemegang mata uang lainnya.

Sementara itu, indeks harga konsumen Tiongkok, atau inflasi, naik pada laju paling lambat dalam empat bulan di bulan Oktober, sementara deflasi harga produsen semakin dalam di tengah upaya Beijing untuk mendukung perekonomian yang berada dalam kesulitan.

“Data inflasi Tiongkok kembali lemah, meningkatkan kekhawatiran deflasi pasar, terutama karena perubahan tahunan dalam indeks harga produsen jatuh ke wilayah negatif… Momentum ekonomi Tiongkok masih negatif,” kata analis pasar XM, Akhilios Jargolopoulos.

Pasokan minyak mentah non-OPEC diperkirakan meningkat sebesar 1,4 juta barel per hari (bpd) pada tahun 2025 dan 900.000 barel per hari pada tahun 2026, Bank of America Securities mengatakan dalam laporannya.

“Pertumbuhan signifikan non-OPEC tahun depan dan paket stimulus Tiongkok yang tiada habisnya akan menjaga persediaan tetap tinggi bahkan tanpa lonjakan OPEC+,” kata Bank of America.

Pada akhir September, OPEC+ mengatakan akan meningkatkan pasokan sebesar 180.000 barel per hari pada bulan Desember, namun kesepakatan dicapai antara negara-negara anggota dan sekutunya awal bulan ini untuk menunda perluasan pasokan hingga Januari.

Regulator produksi lepas pantai AS mengatakan 25,7% produksi minyak mentah dan 13% produksi gas alam masih tertahan oleh Badai Rafael, yang melanda pada hari Senin dan merupakan sisa badai di tengah Teluk Meksiko.

Temukan berita dan artikel lainnya di Google Berita dan WA Channel