Bisnis.com, Jakarta – Hari ini Kamis (29/8/2024) nilai tukar rupiah terus menguat di pasar terbuka. Penguatan rupee terjadi karena melemahnya dolar.
Rupiah dibuka 8 poin atau 0,05% ke Rp15.414, menurut data Bloomberg. Indeks dolar AS melemah 0,11% menjadi 100,98.
Dolar AS melemah terhadap euro sebesar 0,1 persen, pound sterling sebesar 0,1 persen, yen Jepang sebesar 0,07 persen, dan dolar Singapura sebesar 0,11 persen.
Setelah pada perdagangan sebelumnya menguat, rupee terus menguat. Pada Rabu (28/08/2024), rupiah ditutup 73 poin atau 0,47% di Rp 15.422 per dolar AS.
Di sisi lain adalah pemerintah dan komisi.
Kesepakatan itu dicapai dalam rapat kerja antar Komisi di Jakarta Pusat, Rabu (28/08/2024).
Nilai tukar rupiah ditetapkan sebesar Rp16.100 terhadap dolar AS dalam RAPBN 2025 yang sebelumnya diusulkan pemerintah ke DLR. Namun sebagian besar fraksi di Komisi XI mengkritik perkiraan tersebut karena belakangan ini rupee mulai menguat.
Terakhir, negara tengah sepakat untuk mengkonversi mata uang rupiah sebesar 16.000 dolar ke dolar AS pada tahun depan.
Chief Profit Officer Forexindo Futures Ibrahim Asuaibi mengatakan dolar mendekati level terendah dalam lebih dari setahun. Menyusul pengumuman Ketua Fed Jerome Powell di Jackson Hole, dia mendukung kemungkinan penurunan suku bunga AS pada bulan September.
Selain itu, Presiden Federal Reserve San Francisco Mary Daly mengatakan penurunan suku bunga sebesar seperempat poin persentase mungkin terjadi pada bulan depan.
Ibrahim mengatakan pendorong utama penguatan dolar selama dua tahun terakhir adalah siklus kenaikan suku bunga yang tinggi oleh The Fed dan ekspektasi mengenai seberapa besar kemungkinan kenaikan suku bunga AS.
“Namun, pasar kini mengapresiasi sepenuhnya kemungkinan pengurangan QE pada bulan depan dan melihat penurunan sekitar 100 poin pada akhir tahun,” ujarnya baru-baru ini.
Sementara Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi nasional pada kisaran 4,7-5,5% pada tahun 2024. Angka tersebut tak jauh berbeda dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,05% per tahun (y/y) pada kuartal II-2024.
Untuk mencapai tujuan pertumbuhan ekonomi tersebut, pemerintah harus mendukung peningkatan konsumsi rumah tangga. Hal ini penting mengingat dampak pemilu pada paruh pertama tahun 2024 seperti hari raya keagamaan nasional (HBKN).
Selain itu, Proyek Strategis Nasional (NSP) diharapkan dapat mendukung investasi khususnya dari pihak swasta. Peningkatan stimulus fiskal dari 2,3% menjadi 2,7% PDB diperkirakan akan memberikan multiplier effect yang signifikan terhadap perekonomian.
Simak berita dan artikel lainnya di Google Berita dan saluran WA