Bisnis.com, JAKARTA – Pada periode kedua pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi), laju penyerapan tenaga kerja riil lebih rendah dibandingkan periode pertama.

Menteri Investasi/Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal (IBPM) Rosan Roeslani mengumumkan penyerapan tenaga kerja mencapai 7.188.479 selama 2019-2024 atau periode kedua pemerintahan Jokowi.

Rosan mengatakan penciptaan lapangan kerja merupakan salah satu tantangan terbesar pemerintah. Oleh karena itu, menurutnya, penciptaan lapangan kerja harus menjadi isu utama ke depan.

Dari sisi penciptaan lapangan kerja, total penyerapan tenaga kerja pada kabinet Indonesia maju sebanyak 7.188.479 pekerja atau rata-rata 1.437.695 pekerja per tahun, kata Rosan saat memberikan pidato pada acara Penghargaan Pelayanan Investasi Tahun 2024 di Jakarta Pusat, Senin. 30/9/2024).

Sebagai perbandingan, setidaknya ada 7.429.200 pekerja yang dipekerjakan antara tahun 2014 hingga 2019, atau periode pertama pemerintahan Jokowi, menurut data dataindonesia.id. Artinya, penyerapan tenaga kerja pada periode kedua pemerintahan Jokowi lebih rendah dibandingkan periode pertama (lebih rendah sekitar 240.721 pekerja).

Lebih lanjut, Rosan mengungkapkan Kementerian Investasi/BKPM telah menerbitkan total 10.382.846 NIB (nomor induk usaha) sejak 4 Agustus 2021 hingga 27 September 2024.

Menurut dia, izin usaha dikeluarkan melalui sistem pengajuan tunggal secara online. Rosan juga menilai, perolehan tersebut menunjukkan izin usaha semakin mudah.

“Izin yang kami keluarkan sebagian besar untuk usaha kecil dan menengah,” ujarnya.

Sudahkah Anda bergabung dengan industri non-manufaktur?

Sayangnya, Rosen tidak merinci di industri mana saja 7,1 juta pekerja tersebut dipekerjakan.

Namun jika mengacu pada data yang diolah Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas), terlihat mayoritas warga masih bekerja di sektor non-manufaktur.

Deputi Keuangan Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Scenaider C.H. Siahaan, jika dirinci berdasarkan sektor, sebagian besar penduduknya bekerja di bidang manufaktur (18,9 juta), pertanian (40,7 juta) dan pertambangan, konstruksi, dll. dibandingkan dengan 71,3 juta orang yang bekerja di sektor jasa. (11,3 juta).

“Dan pekerja paruh waktu masih banyak, 36,8 juta orang, pengangguran 12,1 juta orang,” jelas Scenaider dalam rapat bisnis dengan Komite IV DPD di Kompleks Konferensi Senayan, Jakarta Pusat, Senin (2/9). / 2024).

Tak hanya itu, kata dia, gaji rata-rata nasional sebesar 3,04 juta per bulan. Faktanya, masih banyak industri yang memberikan upah di bawah rata-rata nasional.

Sektor-sektor yang lebih banyak menarik tenaga kerja karena upahnya di bawah rata-rata nasional adalah: manajemen industri (rata-rata Rp 3,03 juta/bulan), konstruksi (Rp 2,95 juta/bulan), pendidikan (Rp 2,84 juta/bulan). bulan), pasokan air (2,69 juta per bulan).

Kemudian perdagangan (2,54 juta per bulan), pertanian (2,24 juta per bulan), akomodasi dan makan minum (2,24 juta per bulan), serta kegiatan jasa lainnya (1,74 juta per bulan).

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA channel