Bisnis.com, JAKARTA – Sebagian besar pemasok farmasi memangkas kinerja pada 2023. Di antara sembilan perusahaan tersebut, tiga pemasok termasuk Indofarma dan Kimia Farma mengalami kerugian dan empat penurunan laba. Hanya dua perusahaan yang mencatat kenaikan.

Tiga pemasok farmasi yang mencatatkan kerugian pada tahun lalu adalah PT Indofarma Tbk. (INAF), PT Kimia Farma Tbk. (KAEF), dan PT Pyridam Farma Tbk. (PYFA). Khusus INAF, perseroan melaporkan kinerja keuangan kuartal III 2024.

Kimia Farma menjadi pemasok farmasi paling menguntungkan tahun 2023. Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan 1 Juni 2024, KAEF merugi Rp1,48 miliar atau meningkat dari kerugian tahun sebelumnya sebesar Rp190,47 miliar.

Perusahaan pelat merah ini masih membukukan penjualan bersih sebesar Rp9,96 triliun atau meningkat 7,93% year-on-year (YoY/YoY). Keberhasilan tersebut ditopang oleh penjualan obat-obatan yang mencapai Rp 1,29 triliun.

Namun di saat yang sama, beban pokok penjualan meningkat 25,83% YoY menjadi Rp6,86 triliun sehingga akumulasi laba mencapai Rp3,1 triliun atau turun 17,91% YoY.

Perusahaan juga mencatatkan peningkatan pendapatan operasional sebesar 35,53% year-on-year menjadi Rp 4,66 triliun. Situasi tersebut menyebabkan Kimia Farma mencatatkan kerugian usaha sebesar Rp1,57 triliun pada tahun 2023, meningkat 415,91% dari periode sebelumnya.

Sementara itu, PYFA membukukan kerugian tahunan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 85,22 miliar pada tahun 2023. Laba tersebut negatif dari operasi tahun 2022 yang mencatatkan laba sebesar Rp 275,24 miliar.

Sedangkan INAF hingga akhir Desember 2023 belum merilis laporan keuangannya. Namun jika bicara laporan keuangan triwulan III 2023, pihak penerima pemerintah mencatatkan kerugian sebesar Rp 191,69 miliar.

Baru-baru ini, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menemukan INAF dan anak perusahaannya PT Indofarma Global Medika terlibat dalam aktivitas yang menunjukkan penipuan, mulai dari transaksi palsu, pinjaman online, hingga pemalsuan laporan keuangan.

Berdasarkan Ikhtisar Hasil Ujian Semester II (IHPS) Tahun 2023 yang diterbitkan BPK, kegiatan tersebut antara lain penipuan transaksi jual beli di unit bisnis Fast Moving Consumer Goods (FMCG), serta penempatan uang yang dititipkan atas nama perseorangan di Tabungan Nusantara. . dan Koperasi Pinjaman.

Selain itu, BPK menemukan INAF melakukan pinjaman atau pinjaman online, menggunakan restitusi pajak untuk keperluan di luar perusahaan, bahkan melakukan pembayaran hipotek ke PT Bank Oke Indonesia Tbk. (DNAR) untuk kepentingan pihak ketiga.

Perusahaan juga menggunakan kartu kredit perusahaan untuk keperluannya sendiri, melakukan penyesuaian jendela pada laporan keuangan, dan membayar asuransi purna jual melebihi klaim yang berlaku.

Permasalahan ini mengakibatkan kerugian tetap sebesar Rp278,42 miliar dan kerugian biaya pajak sekitar Rp18,26 miliar akibat penjualan FMCG palsu, tulis BPK. 

MENGHARAPKAN TAGIHAN

Sebaliknya, hanya PT Tempo Scan Pacific Tbk. (TSPC) dan PT Soho Global Health Tbk. (SOHO) yang berhasil mencatatkan keuntungan besar pada tahun lalu.

TSPC selaku produsen merek Bodrex, Hemaviton dan Oskadon meraih laba sebesar Rp 1,17 triliun pada tahun 2023 atau meningkat 17,55% YoY. Peningkatan laba tersebut terkait dengan kinerja penjualan yang meningkat 7,06% YoY menjadi Rp 13,11 triliun.

Dalam setahun terakhir, divisi farmasi TSPC membukukan total peningkatan penjualan sebesar 12,4% YoY menjadi Rp 4,06 triliun. Keuntungan ini menyumbang 31% dari total penjualan perusahaan.

“Penjualan sektor farmasi terutama didorong oleh kelompok produk konsumen kesehatan yang total penjualannya meningkat 12,9 persen menjadi Rp3,98 triliun,” tulis laporan Direksi TSPC tahun 2023 dan keberlanjutan.

Sementara SOHO, produsen merek Imboost dan Curcuma Plus, mencatatkan laba sebesar Rp371,34 miliar atau meningkat 4,10% dibandingkan tahun lalu.

Sejalan dengan peningkatan laba tersebut, kinerja bisnis SOHO juga mencatatkan peningkatan sebesar 12,45% YoY menjadi Rp 8,19 triliun. Hal ini ditopang oleh penjualan produk farmasi yang menyumbang Rp4,23 triliun atau meningkat 17,21% YoY.

Sebaliknya, ada empat penyedia jasa yang mencatatkan penurunan upah. Bagian terpenting dari PT Kalbe Farma Tbk. (KLBF), PT Sido Muncul Industri Obat Alami dan Farmasi Tbk. (SIDO), PT Phapros Tbk. (PEHA), dan PT Darya-Varia Laboratoria Tbk. (DVLA). 

KLBF mencatatkan laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 2,76 triliun pada tahun lalu. Laba tersebut lebih rendah dibandingkan tahun 2022 yang mencatatkan laba Rp 3,38 triliun.

Bahkan, perseroan berhasil mencatatkan total penjualan sebesar Rp 30,44 triliun pada tahun lalu. Pencapaian tersebut mewakili pertumbuhan sebesar 5,22% YoY.

Selain itu, SIDO memperoleh laba periode berjalan dari pemilik induk organisasi sebesar Rp950,64 miliar, turun 13,95% dari laba tahun 2022 sebesar Rp1,10 triliun.

Penurunan laba SIDO dibarengi dengan buruknya kinerja penjualan yang turun 7,8 persen year-on-year menjadi Rp3,56 triliun pada 2023. Pasalnya, persentase penjualan turun secara year-on-year cukup besar.

Segmen jamu dan suplemen meraih penjualan Rp 2,34 triliun pada tahun 2023 atau turun 10,83% YoY. Berikutnya, sektor makanan dan minuman meraup Rp1,10 triliun, meningkat 1,20% YoY, sedangkan sektor farmasi menyumbang Rp115,68 miliar.

Sumber: laporan pendapatan tahun 2023

*INAF : Laporan keuangan triwulan III/2023

—————————–

 

Penafian: Informasi ini tidak dimaksudkan untuk mendorong Anda membeli atau menjual saham. Keputusan investasi ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas segala kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel