Bisnis.com, Jakarta – Prospek emiten rokok WIIM, GGRM dan HMSP ke depan diperkirakan membaik seiring sentimen penghapusan kenaikan cukai hasil tembakau (CHT).

Nafan Aji Gusta, Senior Marketer Mirae Asset Sekuritas, mengatakan pembatalan penerapan CHT tahun depan dapat membantu meningkatkan kinerja beberapa emiten rokok.

“Ke depan kemungkinan penjualannya akan meningkat, jadi mudah-mudahan bisa mencapai hal tersebut,” kata Nafan saat diwawancara, Selasa (24/9/2024).

Oleh karena itu, Nafan berharap dengan adanya sentimen dari CHT tersebut, kinerja saham emiten rokok di pasar modal masih berfluktuasi pada tahun depan.

Oleh karena itu, meningkatkan kinerja fundamental dan meningkatkan likuiditas pergerakan saham, ujarnya.

Nafan memberikan rekomendasi pembelian kumulatif kepada emiten PT Wismilak Inti Makmur Tbk. (WIIM), dengan target harga Rp 1.040 per saham dan Rp 1.285 per saham. Level support diperkirakan di Rp 925 dan Rp 880 per saham.

Sementara itu, PT Gudang Garam Tbk juga mendapat rekomendasi Beli Kumulatif. (GGRM), dengan target harga Rp 17.000 per saham dan Rp 18.875 per saham. Sedangkan support terdapat di Rp 15.525 per saham.

Sebaliknya, Nafan merekomendasikan pembelian PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk saat melemah. (HMSP). Target harga paling konservatif berkisar Rp710 hingga Rp850 per saham, dengan level support terdekat di Rp640 per saham.

Berdasarkan data RTI Trade hingga penutupan usaha pada Selasa (24 September 2024), saham PT Gudang Garam Tbk. (GGRM) naik 5,92% ke Rp 16.550 per saham.

Selain itu, PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. (HMSP) naik 5,92% ke Rp 775 per saham, PT Wismilak Inti Makmur Tbk menguat. (WIIM) naik 7,81% ke Rp 1.035 per saham.

Meski demikian, PT Kiwoom Sekuritas Indonesia lebih memilih memberikan saran netral kepada emiten rokok meski tarif CHT tidak akan diterapkan tahun depan.

Analis Kiwoom Sekuritas Abdul Azis Setyo Wibowo mengatakan, seiring dengan kemungkinan kenaikan harga rokok pada tahun depan, konsumsi rokok masih cenderung beralih ke produk yang lebih murah.

“Kenaikan harga jual bisa menjadi katalis positif bagi pendapatan dan keuntungan, namun dampaknya perlu kita kaji lebih jauh, karena kenaikan harga jual juga bisa menyebabkan peralihan konsumsi ke rokok yang lebih murah,” ujarnya. ) Hubungi Azis.

Selisih Harga Eceran (HJE) antara rokok SKM Grade 1 dan Grade 2 saat ini cukup besar, yakni mencapai 64% sehingga membuat produk yang lebih murah semakin diminati konsumen.

“Jika koreksi HJE gagal menutup kesenjangan harga, kemungkinan besar perdagangan penurunan harga akan terus berlanjut,” tulis Stockbit dalam penelitiannya.

Dalam konferensi sebelumnya, Direktur Jenderal Bea Cukai Ascolani mengatakan pemerintah tidak akan menaikkan tarif cukai rokok sebelum berakhirnya pembahasan rancangan undang-undang (RUU) APBN tahun 2025 yang disetujui pekan lalu.

Posisi pemerintah terhadap kebijakan penyesuaian CHT pada tahun 2025 belum terlaksana, ujarnya dalam konferensi pers APBN, Senin (23 September 2024).

Kalaupun tidak ada penyesuaian, pemerintah berencana meluncurkan alternatif kebijakan lain, yakni penyesuaian harga jual di tingkat industri.

“Tentunya akan kami kaji dalam beberapa bulan ke depan untuk menentukan kebijakan yang akan diambil pemerintah,” lanjutnya.

__________

Penafian: Pesan ini tidak dimaksudkan untuk mendorong pembelian atau penjualan saham. Keputusan investasi sepenuhnya berada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas segala kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel