Bisnis.com, Jakarta – Di industri keuangan Indonesia, fenomena akuisisi fintech terhadap perusahaan multifinance semakin marak.
Baru-baru ini PT Bosowa Multi Finance mengakuisisi PT Amartha Mikro Fintek, PT Amartha Mikro Fintek, PT Amartha Nusantara Raya yang memberikan pinjaman peer to peer (P2P). Langkah yang menurut pengamat bisa membuka peluang baru, termasuk pengembangan fitur Beli Sekarang Bayar Nanti (BNPL).
Menanggapi hal tersebut, CEO Percepatan Bisnis Indonesia (Akseleran) Ivan Nicholas Tambunan mengatakan akuisisi tersebut merupakan perkembangan alami dalam industri keuangan, terutama bagi perusahaan fintech yang ingin memperluas layanannya.
“Saya kira ini perkembangan yang wajar ya, ekspansi bisnis yang masih di industri keuangan,” kata Ivan kepada Bisnis, Rabu (30/10/2024).
Selain itu, Ivan mengatakan Acceleran juga berminat menjajaki langkah serupa mengingat besarnya potensi yang dimiliki sektor multifinance.
Acceleran sendiri tertarik, karena besaran tiket pinjaman di Multifinance lebih besar, ujarnya.
Namun, ia menambahkan tantangan permodalan menjadi faktor utama yang harus diatasi dalam mencapai langkah tersebut. Selain itu, dana yang dibutuhkan juga tidak sedikit, tambah Ivan.
Saat ini, regulasi sektor multifinance mewajibkan penambahan modal minimal Rp 250 miliar untuk menjalankan bisnis ini. Oleh karena itu, Ivan mengakui kendala utama Acceleran dalam mempertimbangkan ekspansi tersebut adalah masih perlunya pembiayaan yang besar. “Jadi kita harus mencari dananya dulu,” ujarnya.
Sebelumnya, Direktur Ekonomi Digital Center for Economics and Legal Studies (Celios) Nailul Hooda mengatakan fintech P2P lending berpotensi menjadi holding company layanan fintech lainnya, termasuk crowdfunding.
Hooda menjelaskan, perusahaan fintech P2P lending dapat menggunakan posisinya untuk mengembangkan produk BNPL yang banyak memiliki izin perusahaan multifinance.
“Fintech P2P lending dapat menjadi holding company bagi perusahaan fintech lainnya, termasuk layanan multifinansial. “Saya bisa mengembangkan BNPL yang banyak izinnya dari perusahaan keuangan,” kata Huda kepada Bisnis, Senin (28/10/2024).
Hal ini diharapkan dapat meningkatkan daya saing fintech melalui diversifikasi produk yang lebih luas. Lebih lanjut, Huda menambahkan, semakin banyak jenis produk yang dimiliki suatu perusahaan fintech, maka semakin besar pula pangsa pasar yang bisa diperolehnya.
Selain itu, karakteristik nasabah industri P2P lending dan fintech BNPL juga hampir sama sehingga memudahkan perusahaan untuk melakukan ekspansi.
“Semakin banyak produk, semakin banyak pula pangsa pasarnya. Selain itu, karakteristik pelanggan kedua industri fintech tersebut juga hampir sama, ujarnya.
Huda juga memperkirakan tren konsolidasi ini akan meluas hingga mencakup lebih banyak institusi, termasuk bank digital. “Saya melihat tren ini semakin berkembang, dengan kemungkinan masuknya bank digital juga,” ujarnya.
Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel