Bisnis.com, JAKARTA – Beberapa bank mulai menyiapkan strategi penyesuaian suku bunga simpanan dan pinjaman, setelah Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga yang dikenal dengan BI Rate menjadi 6% pada Rabu (18/9/ 2024).

Dalam Rapat Dewan Gubernur BI periode September 2024, Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan beberapa faktor yang membuat suku bunga bank tetap tinggi.

Kondisi likuiditas perbankan yang memadai dan efisiensi pembentukan harga dinilai ideal, salah satunya didorong oleh publikasi Penilaian Transparansi Suku Bunga Dasar (SBDK). Hal ini berdampak pada suku bunga simpanan dan pinjaman.

“Suku bunga deposito 1 bulan dan suku bunga pinjaman pada Agustus 2024 tercatat masing-masing sebesar 4,73% dan 9,21%, stabil dibandingkan bulan sebelumnya,” ujarnya.

Di luar itu, Perry mengatakan kecukupan likuiditas perbankan sejalan dengan penerapan bauran kebijakan Bank Indonesia, termasuk kebijakan insentif pajak komersial (KLM). 

Di sisi pemain, PT Bank Maybank Indonesia Tbk. (BNII) menyambut baik kebijakan bank sentral Tanah Air. Presiden dan Direktur Maybank Indonesia Steffano Ridwan meyakini langkah tersebut dapat meningkatkan laju pertumbuhan kredit di sektor perbankan.

“Penurunan suku bunga ini memberikan peluang bagi para pemimpin dunia usaha untuk lebih leluasa mengembangkan usahanya karena beban bunga akan lebih rendah,” ujarnya dalam konferensi pers di kantor Maybank, Kamis (19/9/) Indonesia, di Jakarta Pusat. 2024).

Namun Steffano enggan berkomentar detail mengenai pemaparan suku bunga bank berlogo kepala harimau itu. Ia hanya berharap kebijakan BI berdampak pada penurunan cost of fund sehingga Maybank dapat terus menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan suku bunga yang terjangkau.

Seharga tiga sen, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) juga meyakini penurunan BI rate dapat menurunkan biaya pembiayaan perbankan. Sekretaris BMRI Teuku Ali Usman mengapresiasi keputusan BI tersebut sebagai langkah tepat untuk melindungi pasar keuangan dalam negeri.

“Penurunan cost of fund pada akhirnya akan berdampak positif pada efisiensi operasional dan pertumbuhan kredit,” ujarnya kepada Bisnis, dikutip Jumat (20/9/2024).

Sementara itu, Sekretaris Jenderal PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) Agustya Hendy Bernadi menjelaskan perseroan akan mengkaji suku bunga secara berkala dan terus membuka ruang penyesuaian, baik dari sisi simpan pinjam.

Dengan penurunan BI rate, bank pemerintah tersebut yakin akan mencapai target penyaluran kredit pada akhir tahun. Hingga H2/2024, BIS telah menyalurkan pinjaman sebesar Rp1.336,78 triliun, naik 11,2% year-on-year (YoY).

“BIS masih optimistis mampu menghasilkan pertumbuhan sesuai target 10-12% year-on-year pada akhir tahun,” kata Hendy.

Temukan berita dan artikel lainnya di Google Berita dan WA Channel