Bisnis.com, Jakarta — Memasuki pekan kedua Mei, saham-saham BUMN masih belum mampu menunjukkan keperkasaannya, tercermin dari kenaikan indeks IDXBUMN20 secara year-to-date (YtD) sebesar 7,39%. Namun banyak emiten BUMN yang berpeluang membagikan dividen berkat tahun anggaran 2023.

Berdasarkan data yang dihimpun Bisnis, 11 dari 20 komponen indeks BUMN 20 telah memutuskan membagikan dividen dari laba bersih tahun 2023, lima emiten belum melaksanakan RUPS tahunan, dan satu lagi belum membagikan dividen.

Toto Pranoto, Direktur Utama Grup Riset BUMN, Institut Manajemen, Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Indonesia (UI), mengatakan dividen yang dibagikan emiten BUMN menunjukkan kinerja perusahaan milik negara masih tetap satu. Jalur positif.

Pembagian dividen BUMN jumbo bisa menjadi langkah memberikan sinyal positif kepada pasar bahwa kinerja perusahaan pelat merah masih berada di puncak, kata Toto, dikutip Senin (13/5/2024).

Menurut dia, emiten bank-bank milik negara (Himbara) seperti BBRI, BMRI, BBNI, BBTN akan tetap berperan penting dalam indeks BUMN 20 karena Himbara memiliki bobot indeks sekitar 60%.

Di sisi lain, beberapa sektor akan membebani indeks saham BUMN. Misalnya saja sektor BUMN Karya dan BUMN yang memproduksi komoditas mineral dan batubara yang mengalami tren penurunan akibat tertahannya harga komoditas.

“Sepanjang tahun 2024, dengan kondisi eksternal atau global yang kurang mendukung, kinerja emiten BUMN memang akan terdampak signifikan,” kata Toto.

Meski demikian, dia mengatakan prospek kinerja BUMN di sektor perbankan, mineral dan batubara, energi, dan telekomunikasi masih memiliki prospek cerah pada tahun ini. Namun hal tersebut tidak berlaku pada sektor infrastruktur.

“Sektor infrastruktur masih berantakan. Mereka harus segera menyelesaikan tugas utama, terutama restrukturisasi utama. “Sektor pupuk juga terus melambat akibat terganggunya pasokan bahan baku akibat perang,” tutupnya.

Selain dividen dan kondisi geopolitik global, fenomena aksi jual pada bulan Mei juga menarik perhatian para analis.

Apalagi berdasarkan siklus pasar saham tiga tahun terakhir, kinerja indeks pada bulan Mei selalu mengalami perbaikan. Mei tahun lalu misalnya melemah 4,08%, lalu Mei 2022 turun 1,11%, dan tahun 2021 terkoreksi 0,8%.

William Hartanto, Pengamat Pasar Modal sekaligus pendiri WH-Project, mengatakan saham BUMN masih memiliki potensi rebound. Namun, saham-saham pelat merah juga memiliki potensi penurunan yang terbatas akibat tren bearish.

“Aksi jual terjadi pada bulan Mei dan dampaknya paling terasa di sektor perbankan,” kata William.

Dia mengatakan aksi jual bisa saja terus berlanjut, namun dampaknya tidak terlalu signifikan. Hal tersebut terlihat dari posisi IHSG yang masih bertahan di atas level 7.000 meski tekanan jualnya cukup besar.

Menurut dia, beberapa saham BUMN yang berpeluang rebound dalam tren tersebut adalah PT Jasa Marga (Persero) Tbk. (JSMR), PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS), dan PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO).

Oleh karena itu, ketiga saham ini direkomendasikan untuk dibeli, sedangkan untuk PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA) kami sarankan wait and watch, ”ujarnya.

Di tengah kondisi tersebut, William juga menilai pembagian dividen dari emiten BUMN tahun anggaran 2023 diharapkan dapat menjadi katalis positif yang mendongkrak kinerja indeks ke depan.

Daftar pembayar dividen

Berdasarkan data yang dihimpun Bisnis, pada Jumat (10/5/2024) 11 dari 20 saham indeks BUMN 20 memutuskan membagikan dividen dari laba bersih tahun buku 2023.

Sebesar itu, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) TBK. (BBRI) terus memposisikan diri sebagai penyedia yang paling dermawan kepada pemegang saham.

BBRI memutuskan untuk membagikan dividen sebesar Rp35,43 triliun atau Rp235 per saham pada RUPST 1 Maret 2024. Dividen ini dibayarkan kepada pemegang saham pada 28 Maret 2024.

Di posisi selanjutnya ada PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) membagikan dividen sebesar Rp33,03 triliun atau Rp353,95. Jumlah tersebut setara dengan 60% laba bersih tahun 2023.

Sedangkan yang terbaru adalah PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) yang menyetujui pembagian dividen Rp 3,07 triliun atau Rp 128 per saham pada RUPST yang digelar Rabu (8/5/2024). Jumlah ini mewakili rasio pembayaran dividen sebesar 100%.

Dengan asumsi harga saham Rp1.535 per saham pada penutupan usaha 8 Mei 2024, imbal hasil dividen ANTM tercatat sebesar 8,3%.

Direktur Pengembangan Bisnis ANTM I Deva Virantaya mengatakan, rasio pembayaran dividen sebesar 100% merupakan permintaan khusus dari pemegang saham. Hal ini bertujuan untuk memberikan nilai tambah kepada pemegang saham.

“Selanjutnya, merupakan kebijakan MIND ID untuk terus mendorong ANTM berkembang dengan dividen 100% payout rasio 100%,” ujarnya usai RUPST di Jakarta.

Deva meyakinkan, kebijakan dividen tidak mengganggu rencana investasi pada 2024. ANTM mengalokasikan investasi sebesar Rp4,5 triliun, dengan rincian riset Rp1 triliun, lalu investasi anorganik Rp2 triliun, dan sisanya investasi reguler.

Sedangkan pemegang saham emiten batu bara, Pt. Bukit Assam TBK (PTBA) menyetujui pembagian dividen sebesar 75% dari laba bersih tahun 2023 sebesar Rp 4,57 triliun atau Rp 6,1 triliun. Sisa keuntungan ditahan.

Besaran dividen dan dividen per saham emiten BUMN: BBRI: Rp35,43 triliun/DPS Rp235 BMRI: Rp33,03 triliun/DPS Rp353,95 TLKM: Rp17,68 triliun/DPS 17,68 triliun Rp5. Rp5. Rp5 280,49 PTBA: Rp 4,57 triliun/DPS Rp 397,49 ANTM: Rp 3,07 triliun/DPS Rp 128 BJBR: Rp 1 triliun/DPS Rp 95,05 BJTM: Rp 816,69 miliar/ DPS Rp 54.39.89/DPS SMGR: Rp 572 miliar/DPS Rp 84,70 JSMR : Rp 274,8 miliar /DPS Rp 37,86

____________

Penafian: Berita ini tidak dimaksudkan untuk mendorong pembelian atau penjualan saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas segala kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel