Bisnis.com, JAKARTA — Miliarder Gautam Adani kembali menyalip CEO Reliance Industries, Mukesh Ambani, menjadi orang terkaya di Asia menyusul kenaikan harga saham emiten di konglomeratnya, menurut Bloomberg Billionaires Index.

Menurut laporan Hindustan Times, Adani kini menduduki peringkat ke-11 terkaya di dunia dengan kekayaan bersih $111 miliar, sedangkan ketua Reliance Industries menempati peringkat ke-12 dengan kekayaan bersih $109 miliar.

Laporan tersebut menyatakan bahwa kerajaan bisnis Adani dibangun melalui penipuan, menyebabkan harga saham grupnya turun hingga $150 miliar pada titik terendah dan menjatuhkannya dari 20 miliarder teratas di dunia. Namun, Adani membantah semua tuduhan tersebut dan sedang mengerjakan strategi comeback yang mencakup membatasi utang, mengurangi komitmen ekuitas pendiri, dan mengkonsolidasikan bisnis dalam kompetensi inti.

Sejauh ini pada tahun 2024, kekayaan bersih Adani telah meningkat sebesar $26,8 miliar, sementara kekayaan Ambani meningkat sebesar $12,7 miliar, menurut indeks Bloomberg.

Miliarder berusia 61 tahun ini memulai karirnya di industri berlian. Pada tahun 1988 ia mendirikan perusahaannya sendiri, yang dimulai sebagai bisnis ekspor-impor di sektor bahan mentah dan secara bertahap berkembang ke inisiatif lain.

Kekayaannya meningkat dalam beberapa dekade terakhir, dari sekitar $5 miliar pada tahun 2014 menjadi $121 miliar pada akhir tahun 2022. Pada September 2022, ia sempat menjadi orang terkaya kedua di dunia. Siapa Gautam Adani?

Gautam Adani merupakan pendiri dan ketua Adani Group yang saat ini menduduki peringkat kedua orang terkaya di dunia dan peringkat 18 dunia dengan kekayaan $86,2 miliar atau setara Rp1.393,48 triliun.

Pria bernama lengkap Gautam Shantilal Adani ini lahir pada 24 Juni 1962 di keluarga Gujarati Jain dari pasangan Shantilal Adani dan Shantaben Adani di Ahmedabad, Gujarat.  

Gautam belajar di Sekolah Sheth Chimanlal Nagindas Vidyalaya di Ahmedabad. Dia mendaftar untuk gelar perdagangan di Universitas Gujarat, tetapi keluar setelah tahun kedua.  

Ketika Gautam Adani putus sekolah hanya dengan ijazah SMA, dia tertarik pada bisnis, tapi bukan industri tekstil. Dia akhirnya mendirikan perusahaan perdagangan komoditasnya sendiri.

Memulai karirnya, saat remaja, Gautam Adani pindah ke Mumbai pada tahun 1978 untuk bekerja sebagai grader berlian di perusahaan Mahendra Brothers.

Kemudian pada tahun 1981, kakak laki-lakinya Mahasukhbhai Adani membeli unit plastik di Ahmedabad dan mengundangnya untuk mengelola operasinya. Bisnis ini terbukti menjadi pintu gerbang Adani menuju perdagangan global melalui impor polivinil klorida (PVC).

Empat tahun kemudian, pada tahun 1985, ia mulai mengimpor polimer primer untuk industri kecil, kemudian mendirikan perusahaan ekspor produk pertanian dan listrik, Adani Ekspors, yang sekarang dikenal sebagai Adani Enterprises, pada tahun 1988. 

Grup Adani, yang dimulai pada tahun 1988 sebagai perusahaan perdagangan komoditas, telah berkembang melalui akuisisi dan dukungan Perdana Menteri India Narendra Modi.

Adani juga merupakan operator bandara terbesar di India dan mengendalikan Pelabuhan Mundra, pelabuhan terbesar India, di negara bagian Gujarat.

Seiring perkembangannya, perusahaan ini terus berkembang hingga pada tahun 1991 beroperasi di berbagai sektor mulai dari perdagangan logam, hingga tekstil dan produk pertanian.

Selain itu, pada tahun 1996, Grup Adani mendirikan bisnis ketenagalistrikan dengan nama Adani Power. Adani Power memiliki pembangkit listrik termal dengan kapasitas 4620 MW, produsen termal swasta terbesar di negara ini.

Kemudian, pada tahun 2006, Adani memasuki bisnis pembangkit listrik, dan pada tahun 2009 hingga 2012, Grup Adani mengakuisisi Abbot Point Port di Australia dan tambang batubara Carmichael di Queensland.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel